Senin, 30 November 2009

Kendaraan Tak Lolos Uji Emisi Dilarang Parkir!

Minggu, 29 November 2009
JAKARTA - Mulai Minggu depan semua kendaraan bermotor yang akan parkir di 25 kawasan parkir di Jakarta, harus tertempel stiker tanda lulus uji emisi.
Kepala Bidang Penegakan Hukum Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah (BPLHD) DKI Jakarta Ridwan Panjaitan meminta pemilik kendaraan untuk segera melakukan pengujian di 238 bengkel yang tersebar di lima wilayah DKI Jakarta dengan tenaga teknisi mencapai 568 orang. 

Namun, kata dia, khusus untuk kawasan parkir Ikatan Restoran dan Taman Indonesia (IRTI) yang berada di kawasan Monas, pihaknya telah menyediakan enam bengkel penyedia alat uji emisi untuk kendaraan yang ingin parkir namun belum ada stiker lulus uji emisinya. 

"Pengujian gratis," katanya usai Peresmian Stasiun Pemantau Udara Tepi Jalan di Bundaran Hotel Indonesia (HI), Jakarta, Minggu (29/11/2009).

Ridwan menjelaskan, belum ada sanksi yang dikenakan kepada pemilik kendaraan yang belum lulus uji emisi, karena saat ini masih sekadar pembinaan. Pemilik kendaraan hanya diingatkan bahwa pengujian emisi itu penting untuk pelestarian lingkungan hidup.

BPLHD beserta pakar hukum serta aparat kepolisian hingga kini masih menelaah peraturan mana yang bisa dipakai. Apakah merunut pada Peraturan Daerah (Perda) No 2 tahun 2005 tentang Pengendalian Pencemaran Udara yang menyebut hukuman badan maksimal selama enam bulan atau denda Rp50 juta. Atau pada Undang-Undang No 22 tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (LLAJ), dengan hukuman dua bulan penjara atau denda Rp500 ribu.

Menurut Ridwan, kendaraan yang ingin parkir di Balaikota DKI dan kantor BPLHD DKI, mulai Senin besok sudah wajib memakai stiker uji emisi. "Kita mulai dari kita sendiri (pemprov). Selanjutnya perusahaan yang bonafid akan kita bina untuk menegakkan aturan ini," terangnya.

Berikut 25 Zona Parkir Uji Emisi:

Jakarta Barat
RS Dharmais
Dankos Mall Ciputra
Walikota Jakarta Barat
RS Kantor Dharmais
Universitas Trisakti

Jakarta Pusat
Hotel Sahid Jakarta
Senayan City
Balaikota DKI
Walikota Jakarta Pusat 
IRTI Monas

Jakarta Selatan
BPLHD DKI Jakarta di Casablanca
BPLHD DKI di gedung Nyi Ageng Serang
Walikota Jakarta Selatan
Pondok Indah Mall 1 
Pondok Indah Mall 2

Jakarta Timur
Pusat Martina Berto 
Walikota Jakarta Timur
Universitas Kristen Indonesia
Tri Dharma Wisesa JIEP

Jakarta Utara
Mall Kelapa Gading
Walikota Jakarta Utara
CMNP Inti Garda Perdana

(Neneng Zubaidah/Koran SI/ded)

Sumber : Okzone.com

Jumat, 27 November 2009

"Pak JK Cepat Pulaaangg, Negara Sedang Kacau..."

Kamis, 26 November 2009 | 16:49 WIB
Oleh: M Jusuf Kalla*
KOMPAS.com - Kalimat seperti itu sering saya baca saat membaca komentar di situs Detik.com, Kompasiana, dan beberapa situs online lainnya, ketika sedang liburan di Eropa. Terus terang sedih membaca yang seperti itu. Dan sedih karena saya juga dalam kondisi yang tidak bisa berbuat banyak untuk menyelesaikan persoalan bangsa ini.
Kalau saya masih duduk di pemerintahan bisa saja hal tersebut bisa ditangani dalam waktu cepat. Mulai dari kasus penegakan hukum dan sampai yang betul-betul banyak dikeluhkan masyarakat adalah krisis listrik.

Persoalan listrik ini memang sangat vital. Karena dia tidak memiliki subtitusi. Begitu listrik padam, maka semuanya macet. Beda halnya dengan infrastruktur jalan, kalau Anda mau ke Bandung dan tol Cipularang rusak, maka anda masih bisa mencari jalur alternatif lainnya misalnya lewat Puncak, meski agak sedikit memutar.
Tapi kalau sudah listrik yang padam, Anda mau bikin apa? Tidak bisa nyalakan televisi, tidak bisa jalankan mesin, malam tidak bisa tidur karena kepanasan, tidak bisa nyalakan kipas angin atau AC.

Bagi Anda yang tinggal di Pulau Jawa mungkin kurang merasakannya, tapi yang di luar Jawa listrik padam itu seperti rutinitas minum obat, 3 kali sehari. Cuman katanya mulai agak jarang ketika saya berada di Makassar, kata beberapa teman-teman wartawan, "Nanti tunggu kalau Bapak balik ke Jakarta, listrik akan kembali sering padam seperti semula."

Persoalan krisis listrik ini, kita pernah alami 3 tahun yang lalu di Pulau Jawa, waktu itu beberapa pembangkit yang sedang kita bangun memang belum jadi. Tapi toh itu semua bisa kita atasi dengan melakukan re-schedule jam kerja industri. Jadi indsutri kita suruh bekerja bergiliran, jadi kalau rata-rata orang libur pada hari minggu, maka itu semua saya balik.
Ada yang libur pada hari Senin, hari Selasa, Rabu, Kamis dan seterusnya. Waktu itu memang banyak yang protes dengan alasan yang macam-macam. Tapi saya tetap tegas dan tidak peduli, cuman ada dua pilihan, ”Mau kerja bergiliran atau tidak bisa kerja karena listrik Padam?”
Tapi entah kenapa hal seperti ini tidak ada lagi yang berani lakukan. Padahal yang namanya Pemerintah dia memang harus memerintah, bukan mengimbau. Kalau hanya sekadar mengimbau maka ganti saja namanya, bukan lagi "PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA" tapi menjadi "PENGIMBAU REPUBLIK INDONESIA".

Nah, kembali ke persoalan listrik, persoalan listik ini memang sudah diramalkan sejak tahun 2005. Bagaimana tidak, ekonomi sedang tumbuh maka otomatis permintaan akan energi listrik semakin meningkat, yang dulunya orang belum kenal mesin cuci, maka sekarang mulai mengenal mesin cuci, orang yang dulunya cukup hanya dengan kipas Angin maka sekarang mulai memakai AC.
Penduduk semakin banyak, anak-anak sudah mulai besar maka otomatis membutuhkan tambahan kamar lagi yang tentunya semuanya memakai energi listik. Belum lagi industri kita yang semakin giat, itu semua membutuhkan permintaan energi yang cukup besar.

Sementara di lain sisi, kita lupa membangun pembangkit listrik, kita lalai karena pemikiran bahwa kita masih krisis selalu tertanam di benak kita. Padahal permintaan akan energi semakin hari semakin meningkat. Memang dulu pada masa krisis kita tidak banyak memakai energi karena memang ekonomi lagi mandek, tapi begitu krisis selesai ekonomi mulai tumbuh maka permintaan energi semakin meningkat.

Memang sebelumnya kita pernah membangun pembangkit listrik sebelum krisis 1998, tapi semuanya dibatalkan atas arahan IMF, dan kita kena pinalty karena itu semua. Padahal seharusnya pembangunan Infrastruktur meskipun saat krisis tetap dilanjutkan, karena bagaimanapun paska krisis ekonomi tumbuh kembali maka otomatis permintaan energi semakin meningkat.

Pada tahun 2000-2005 kita hanya membangun pembangkit dengan daya kurang lebih 1500 MW. Sementara pertumbuhan ekonomi kita saat itu sedang melesat maju. Nah inilah yang saya amati waktu itu, saya ramalkan, kalau pembangkit listrik tidak ditambah maka pada tahun 2009 kita akan gelap gulita. Waktu itu saya melapor ke Presiden, dan Pak SBY setuju lalu meminta kepada saya untuk memimpin proyek pembangunan Infrastruktur listrik.

Nah masalah kemudian muncul, karena saat itu Pemerintah lagi tidak punya, dan PLN sedang rugi. Akhirnya satu-satunya yang harus dilakukan adalah melakukan crash program, di mana PLN melakukan pinjaman dengan jaminan sepenuhnya oleh Pemerintah.
Nah inilah yang tidak dipahami oleh beberapa Menteri, terutama menteri perekonomian. Dengan alasan bahwa crash program itu tidak ada dasar hukumnya. Inilah sulitnya untuk mengurus sesuatu di Indonesia kita harus terjebak dalam Hutan Rimba aturan. Dan parahnya mereka para birokrat mereka lebih memilih taat pada aturan dibanding harus merubah aturan tersebut untuk kesejahteraan bangsa.
Bagaimanapun KEPRES, KEPMEN, PP, dan sejumlah aturan lainnya bisa dirubah kalau merasa mengganggu jalannya pembangunan. Toh dia cuman buatan manusia. Yang tidak bisa diubah adalah hukum Tuhan yang tertuang dalam kitab suci.

Akhirnya setelah saya marah dan menekan barulah penjaminan itu keluar meski sudah terlambat. Seharusnya itu dimulai pada tahun 2006 agar tahun 2009 kita aman, namun baru keluar pada tahun 2007. Dan yang terjadi seperti sekarang ini, listrik padam di mana mana. Dan semoga pembangunan Infrastruktur listrik 10000 MW yang telah dicanangkan oleh pemerintah sebelumnya, tetap dilanjutkan oleh pemerintahan sekarang ini agar tahun depan keadaan tidak bertambah parah.

Memang persoalan energi sungguh ironi di bangsa kita yang kaya akan energi ini. Kita punya gas alam yang melimpah, energi matahari yang tiada henti-hentinya. Namun mengapa kita masih mengalami krisis energi? Ini karena kita lebih memilih mengekspor daripada energi tersebut dengan alasan menambah pendapatan negara.
Bagaimana ini bisa dibiarkan terjadi kalau kita sendiri memilih dibanding untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri, malahan negara orang lain yang kita penuhi kebutuhannya. Padahal seharusnya kebutuhan dalam negri dulu kita penuhi baru kemudian kita bisa mengekspor. Yang terjadi malah sebaliknya, Jepang terang benderang karena mendapat pasokan energi dari kita, sementara kita sendiri gelap gulita karena kekurangan energi.

Untuk itulah waktu saya masih menjabat sebagai Wapres semua ekspor Gas saya larang sebelum kebutuhan dalam negeri terpenuhi. Natuna saya mau serahkan ke Pertamina untuk dikelola, Tangguh saya perintahkan Re-Negoisasi, Donggi senoro saya larang untuk ekspor.
Bagaimana pun Gas sangat kita butuhkan untuk pembangkit listrik kita. Mengingat pembangkit diesel itu operasionalnya sangat mahal. Memang PLTD yang beroperasi hanya tersisa 25 persen tapi yang mesti diingat 25 persen itu memakan 75 persen anggaran untuk subsidi listrik. Maka jangan heran kalau anggaran yang kita habiskan untuk subsidi listrik antara 60-90 triliun setiap tahunnya. Sebagai ilustrasi untuk memproduksi listrik / 1 KWH untuk tenaga Diesel itu seharga 3000 Rupiah, sementara dijual rata-rata hanya 700 rupiah setiap KWH.

Untuk itulah penyelesaian proyek listrik 10000 MW ini sangat penting, karena selain memenuhi kebutuhan listrik masyarakat, kita juga bisa mengganti PLTD yang masih beroperasi dan dijadikan cadangan saja, biar seandainya ada apa-apa dengan pembangkit utama terganggu atau rusak, pasokan listrik tidak terganggu.
Selaiknya memang kita butuh cadangan paling tidak 30 persen dari total energi yang tersedia. Pada kenyataannya kita hanya memiliki 5 persen cadangan padahal singapura cadangannya sampai dengan 100 persen.
Saya selalu berharap Pemerintah yang sekarang tetap komit untuk ”Lanjutkan”……

Sumber : Kompas

Minggu, 15 November 2009

Kangen Jusuf ''Solusi'' Kalla



Catatan: Ibnu Yunianto


10 NOVEMBER lalu, Menteri BUMN Mustafa Abubakar meminta maaf kepada rakyat karena PLN gagal menyediakan pasokan listrik. Pemerintah berjanji, pasokan listrik di Jakarta akan pulih minggu ketiga Desember. Menanggapi laporan para menterinya, Wakil Presiden Boediono meminta departemen dan kementerian mempersiapkan pasokan listrik dalam jangka panjang.

Pemadaman listrik bergilir lebih parah pernah terjadi Juli 2008. Tidak hanya menimpa kawasan permukiman di Jakarta, tapi juga kawasan industri di sekitar Jakarta. Puluhan pengusaha Jepang langsung memprotes Wakil Presiden Jusuf Kalla. Mereka mengancam akan memindahkan pabriknya ke Tiongkok bila pemerintah gagal menjamin stabilitas pasokan listrik.

Menanggapi ancaman pengusaha Jepang, Wakil Presiden Jusuf Kalla bergeming. Dia meminta pengusaha bertahan dengan mengatakan bahwa Tiongkok pun pernah mengalami kekurangan pasokan listrik sebelum proyek-proyek pembangkitnya selesai dibangun. Dia berjanji pemadaman bergilir akan berakhir dalam sepekan.

Setelah berhasil meyakinkan pengusaha Jepang, Kalla segera mengeluarkan maklumat. Kantor pemerintah diperintahkan tutup sebelum pukul 17.00. Lampu-lampu kantor dan reklame juga wajib dipadamkan, serta pendingin ruangan wajib disetel pada suhu 25 derajat Celsius. Pengusaha juga diimbau bergiliran bekerja dengan memaksimalkan pekerjaan pada Sabtu-Minggu, ketika beban puncak kebutuhan listrik berkurang. Hasilnya, pemadaman bergilir langsung berhenti dua hari kemudian.

Sejumlah orang dekatnya mengatakan, solusi adalah nama tengah Kalla. Sejumlah menteri pun mengakui ide-ide orisinal dan out of the box Kalla yang muncul begitu cepat dalam merespons persoalan pelik. Ketika orang lain berpikir untuk swasembada harus dilakukan dengan menambah luasan lahan, Kalla justru memerintahkan distribusi bibit unggul secara gratis.

Ketika Departemen Pertanian menyodorkan proposal program peningkatan teknologi pascapanen, Kalla justru memerintahkan agar membagikan terpal plastik sebagai alas pengolahan pascapanen di sawah. ''Kalau setiap hektare ada satu kilogram gabah yang hilang ketika dipanen, ada 2 juta ton yang hilang setiap musim panen. Itu artinya tidak perlu impor beras,'' katanya.

Ketika Bank Century kolaps, Gubernur BI Boediono dan Menkeu Sri Mulyani Indrawati segera meminta pemerintah memberikan penjaminan penuh (blanket guarantee) dana nasabah Bank Century. Usul itu ditolak Kalla. Wapres langsung menelepon Kapolri, memerintahkan agar pemilik Century Robert Tantular ditahan. Tiga jam kemudian, Kapolri melapor bahwa Robert sudah ditahan serta dana Rp 12 triliun yang dilarikan ke luar negeri dibekukan dan dalam proses repratriasi ke Indonesia. ''Untung saja waktu itu punya Wapres Jusuf Kalla yang tegas menolak pengucuran bailout,'' tegas anggota FPDIP DPR Gayus Lumbuun di gedung DPR kemarin (12/11).

Tak heran, ketika Polri dan KPK berseteru soal kasus Bibit Samad Riyanto dan Chandra M. Hamzah, banyak orang yang kangen dengan solusi ala Jusuf Kalla. Kasus itu diyakini tak akan berlarut-larut bila Kalla masih ada di dalam pemerintah.

Meski tak banyak terdengar, kiprah Kalla dalam mendamaikan konflik terbuka antarlembaga tinggi negara sudah banyak teruji. Konflik terbuka antara Mahkamah Agung dan Badan Pemeriksa Keuangan tentang audit biaya perkara yang terancam berujung ke proses pidana -Ketua BPK Anwar Nasution sudah melaporkan Ketua MA (ketika itu) Bagir Manan ke Mabes Polri- dapat diselesaikan dengan mediasi Kalla.

Seorang staf Kalla menuturkan, ketika kasus tersebut mulai bergulir ke penyelesaian melalui jalur pengadilan, Kalla segera mengontak Anwar Nasution untuk menawarkan penyelesaian di luar jalur pengadilan. Pada saat yang sama, Kalla pun segera mengontak Bagir Manan. Upaya perdamaian dapat mulus berjalan karena Kalla menggunakan pendekatan melalui jalur HMI. Baik Anwar, Bagir, maupun Kalla ternyata sama-sama pernah bergiat di HMI. Tak heran bila kedua tokoh yang sama-sama keras itu melunak.

Setelah kedua pihak setuju menempuh jalur non pengadilan, proses perdamaian formal selanjutnya diambil alih Presiden SBY dengan mengundang kedua tokoh bertemu di Istana Merdeka. Setelah pertemuan, laporan Anwar ke Mabes Polri dicabut, MA melunak soal audit biaya perkara, dan Presiden SBY mendapat pujian karena dianggap mampu menyelesaikan konflik itu ''secara adat''.  

Kalla tak hanya sekali memberikan solusi soal hukum. Beberapa waktu lalu, Kalla mendapat telepon dari Kepala BKPM Muhammad Luthfi. Dia mengeluhkan ada dua investor asal Singapura yang ditahan di Kepulauan Riau karena tertangkap tangan berjudi kecil-kecilan. Tiga bulan lamanya kasus itu mengendap di meja polisi dan kejaksaan, sementara proyek dan ratusan pegawainya terbengkalai.

Sambil menahan murka, malam itu juga Kalla menelepon Kapolda dan Kajati Kepulauan Riau. Dia meminta agar kasus tersebut diprioritaskan untuk diselesaikan. Dua hari kemudian, kasus itu disidangkan dan dua investor tersebut dibebaskan karena masa penahanannya tepat dengan vonis hakim. Kasus itu sempat menjadi berita yang sangat menonjol di koran terbesar di Singapura, The Straits Times. Kalla mendapatkan julukan Mr Quick Fix dari koran yang diterbitkan Singapore Press Holdings itu.

Rasa kangen kepada Kalla tak hanya dirasakan masyarakat. Puluhan wartawan yang ngepos di Istana Wakil Presiden pun merasa kehilangan salah seorang narasumber terbaik. Kebijakan Wapres Boediono yang membatasi akses informasi dengan sangat selektif menerima tamu maupun menjadi pembicara di forum-forum publik membuat wartawan mati kutu. Bila pada masa Kalla wartawan di Istana Wapres dimanjakan dengan tiga-empat kali rapat sehari, yang setiap rapat selalu menghasilkan keputusan penting, sekarang dua kali sepekan pun sudah dianggap berkah.

Wartawan Istana Wapres yang biasanya mengandalkan press briefing setiap Jumat untuk mencecar soal isu-isu terkini dan mempertanyakan kebijakan-kebijakan pemerintah kini banyak bengong. Menunggu-nunggu Wapres Boediono memberikan keterangan tentang satu-dua isu ekonomi, kadang kala. (leak)

*)Priyo Handoko ikut memperkaya tulisan ini.


Sumber : Jawa Pos




Minggu, 20 September 2009

JK dan Gusti Allah "Ora Sare"

Oleh : Andi Suruji
KOMPAS.com - Tuhan tidak tidur. Bahkan, Dia tidak akan tidur. Dengan kemahakuasaan-Nya, Dia-lah yang mengatur dunia dan segala isinya, serta perputaran sistem tata kehidupan manusia. Karena ketidaktidurannya itulah Sang Khalik mengetahui pasti dan sangat detail apa saja yang telah dan akan terjadi.
Ini bukanlah cuplikan renungan puasa bulan Ramadhan. Bukan pula khotbah Idul Fitri. Ini hanya terinspirasi dari sebuah judul berita di harian ini tempo hari, ”JK: Gusti Allah ’Ora Sare’”.
Pernyataan ora sare (bahasa Jawa) Wakil Presiden itu menyentak. Selama ini, Jusuf Kalla (JK) tak pernah terdengar mengutip ungkapan Bugis walaupun ia seorang Bugis. Padahal, orang Bugis juga memiliki banyak ungkapan perumpamaan bernilai tinggi, sebagaimana bahasa Jawa, Melayu, Sunda, Batak, dan bahasa lainnya.
Ketika JK mengungkapkan sesuatu dengan bahasa ”orang lain”, bukan berarti JK sudah kehilangan jati dirinya sebagai orang Bugis, ”manusia sabrang” istilah Syafii Maarif bagi JK. Jangan pula salah! Seberapa pun kadarnya, ”kejawaan” setidaknya ada juga dalam kehidupan JK. Dua menantunya orang Jawa. Istrinya adalah orang Minang. Tidak heran jika banyak orang mencap JK sebagai nasionalis tulen.
Boleh jadi, ora sare-nya JK bermakna lain, untuk menegaskan apa yang ada di benaknya, yang tidak bisa tergambarkan dan dipahami kebanyakan orang jika diungkapkan dengan bahasa lain, seperti bahasa Indonesia, apalagi bahasa Bugis.
Biarlah JK sendiri yang merasakan makna ungkapan Jawa itu dari lubuk hatinya yang paling dalam. Pembaca pun tak dilarang menafsirkan lebih jauh, lebih luas, dan lebih dalam makna di balik pernyataan JK tersebut. Apakah itu sekadar lucu-lucuan menjelang buka puasa, gurauan di antara pidato resmi, letupan kekecewaan, atau kekesalan.
Kalau pembaca tak keberatan, saya hanya coba menangkap yang dirasakan maupun yang disimpan rapat dalam hati JK sehingga lahir ucapan itu.
Pertama-tama, ungkapan itu diucapkan di hadapan tim sukses dan pendukungnya yang telah bekerja keras siang dan malam. Mereka memang sering tidak tidur, ora sare, untuk memenangkan pasangan JK-Wiranto dalam pemilu presiden dan wakil presiden pada 8 Juli 2009.
Seperti ungkapannya, dan saya saksikan sendiri karena beberapa kali bertemu di rumah jabatan selama masa kampanye pilpres, JK pun kadang memang seperti ora sare, tidak tidur. Sampai larut malam, bahkan dini hari, JK belum tidur dan terus menerima kedatangan tamu yang mengalirkan pernyataan kelompoknya mendukung penuh.
Kadang hingga dini hari, JK belum juga istirahat karena masih harus rapat, menyusun strategi, dan menghitung kekurangan dan kekuatan secara cermat. Padahal, pagi buta ia dan timnya masih harus berangkat lagi ke penjuru Nusantara yang dicita- citakannya senantiasa menyatu dalam ikatan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Tidak tercabik-cabik konflik akibat ketidakadilan. Harmonis dalam taraf kesejahteraan rakyatnya. Berdiri sama tegak dengan bangsa-bangsa lain di muka bumi ini.
Betapa lelah JK memperjuangkan misinya yang mulia dan terhormat itu. Bukan ambisi kekuasaannya, apalagi keserakahannya mengejar takhta dan harta. ”Eeh kalian harus tahu. Saya, walaupun tidak duduk di sini, di mana pun saya kelak, kalau bisa berbuat yang terbaik bagi bangsa dan negara ini, itu sudah sangat membahagiakan saya,” kata JK dalam suatu perbincangan di ruang kerjanya.
Ia sudah cukup kaya raya untuk hidup tenang pada masa tua. Selama 40 tahun lebih jadi pengusaha, sudah cukuplah uangnya untuk membiayai kegiatan apa saja yang hendak dilakukannya. ”Kita jalan-jalan saja, tanpa protokol, tanpa ajudan, dan pengawal serta pengamanan,” katanya kepada saya dalam suatu percakapan tengah malam di rumah jabatan ketika perhitungan perolehan suara JK dan rivalnya makin timpang. ”Baik, Pak. Nanti saya jadi ajudan Bapak,” kata saya, dan dia tertawa lebar.
Kubu JK-Wiranto bukan tak berduka. Mereka kalah telak. Sangat jauh melenceng dari kalkulasi semula. Tetapi JK tak larut dalam kesedihan berkepanjangan. Seorang putrinya menyatakan, ”Kami semua bersedih. Tetapi kami malu sama Bapak (JK) karena dia tidak pernah bersedih, selalu menampakkan ketegarannya menghadapi kenyataan ini.”
”Kita semua sudah bekerja keras. Allah yang Mahatahu. Allah yang mengatur dan menentukan semua ini,” kata JK.
JK memang ora sare. Tidurnya yang banyak justru ketika dalam penerbangan. Gusti Allah juga ora sare. Dia bersama JK, setiap saat, dalam penerbangan dan cuaca yang sangat buruk dan menakutkan sekalipun. Hasil kerja keras JK tidak sesuai harapannya. Dia terima semua itu sebagai takdir. Dia telah berjuang dan berupaya keras untuk menjemput takdirnya.
Sejauh yang teramati secara cermat, baru dalam pemilu kali ini terjadi semua ormas Islam bersatu padu mendukung satu orang, yakni JK. Namun, seperti dikatakan banyak orang, seolah ada pula tangan jahat turut campur sehingga hasilnya sangat mencengangkan. Ada yang mengatakan, perolehan suara JK-Wiranto tidak masuk akal. Ada pengkhianatan dan kecurangan.
Namun, biarlah, Gusti Allah pasti ora sare.
Kita berharap, dengan segala pengalaman bisnisnya, memimpin Golkar dan menjadi wakil presiden yang dinamis, penuh terobosan, nyaris tak tidur untuk bekerja keras dan tulus, tetap ora sare mengoreksi hal-hal yang salah, curang, dan berbagai ketidakadilan lainnya di negeri ini.

Sumber : Kompas

Kamis, 10 September 2009

Pentas Warung Apresiasi ( Wapress ) 090909




Bermula dari Woro2 Mas Agam : http://agamfat.multiply.com/journal/item/93/Pembangunan_Dalam_mata_Puisi_Rendra_Wapress_9-9-09_19.00-22.00

Sasra Reboan #18 menampilkan Tema “ Pembangunan dalam mata Puisi Rendra, CICAK membaca puisi Rendra di pasar Malam “ acara ini menampilkan pementasan seni dan puisi yang menampilkan beberapa artis dan tokoh masyarakat yang saya kagumi dalam sepak terjangnya, yang secara terus-menerus dan sungguh-sungguh memperjuangkan keyakinannya demi sesuatu yang lebih baik buat bangsa ini : yakni Almarhum W.S Rendra, Bapak Jimly Asshiddiqie, Todng Mulya Lubis dan Teten Masduki…dan sekalian ketemu konco MP Mas Agam, acara ini sungguh sangat meriah karena dihadiri oleh pengunjung yang membludak.

Bicara masalah Puisi, bukanlah sesuatu yang baru buat saya karena sejak kecil saya suka sekali dengan bahasa yang indah, bahasa yang mendobrak yang diungkapakan melalui bait demi bait dan syair demi syair puisi yang bermakna bias dan menyebar, permainan kata yang membentuk makna dan permainan kalimat yang memberikan arti secara keseluruhan adalah merupakan ungkapan hati yang membara dan bernuansa.
Sayang kesenangan itu hilang setelah menjadi kuli yang selalu disibukkan oleh kegiatan Pemeliharaan Peralatan ( Maintenance ), namun kadang terobati juga dikala menjelang 17an dan biasanya saya jadi Panitia Lomba Baca Puisi untuk anak2 ditempat saya tinggal.

Tadi malam melalui pebacaan puisi di Warung Apresiasi Bulungan kenangan masa lalu itu kembali ke permukaan, ditambah lagi dengan kata sambutan dari Bpk Jimly tentang usaha untuk melemahkan KPK, selain dari itu beliau mengungkapkan bahwa Alm W.S. Rendra pernah bertemu dengannya dan berbicara mengenai Hukum Adat, sungguh diluar dugaan ujur Pak Jimly, Almarhum sangat pasih dan menguasai masalah ini baik itu Hukum Adat di zaman Majapahit ataupun Sriwijaya, bahkan dasar-dasar Trias Politika pun belau pahami dan mengerti.
Karena ketertarikan pada Almarhum itulah, maka Pak Jimly berusaha untuk menganugrahkan gelar Doktor Honoris Causa pada Almarhum, dan rencananya Universitas Hasanudin Makasar akan menganugrahkan Gelar itu, tapi sayang sebelum gelar itu diberikan Almarhum dipanggil oleh Allah YME.

Mengenai Perseteruan Kepolisian vs KPK, Pak Jimly berpesan agar baik Kepolisian ataupun KPK harus bersikap Bijak, memang ada kelemahan dan koreksi terhadap sistem yang ada tapi koreksi itu bukan untuk melemahkan melainkan untuk memperkuat system.

Berhubung mata udah berat karena tidak tidur siang, sebelum acara usai saya pun pulang duluan meninggal penampilan berikutnya yang diisi oleh Happy Salma dst…!!

Thanks Mas Agam yg udah menginformasikan Pentas ini, dan terimakasih juga buat buat penyelengara atas acara ini keramahtamahannya.



Tangerang, 10 September 2009.


Wasalam,

Minggu, 16 Agustus 2009

160809 - Kopdaran pengguna Santier's @CITOS




لسلام عليكم و رحمة الله و بركاته


Alhamdulillah, tadi sore kita bisa ngumpul di CITOS, melepas rasa rindu/ temu kangen dan terutama menjalin silaturahmi dalam menyambut bulan ramadhan.

Pengguna santi yang hadir ada 4 orang : ane sendiri, Bro Andra, Bro Kiting dan pengguna baru santi yakni Bro Sharky...ada banyak hal menarik yang kita bicarakan diantaranya membahas tunggangan bro Sharky..dimana beliau dapat santi tahun 2002 yg odometernya cukup tinggi hampir menyaingi odometernya bro Kiting, tapi kondisi santi masih baguss dan oke punya...interior dan eksteriornya yahud dan hanya perlu mungkin tune up di beres untuk adjust AFR ( air fuel ratio ).

Selain dari itu kita sepakat dalam beberapa hal diantaranya :

1. Secara berjamah untuk pasang tanduk seperti yb bro Sharky punya
2. Pemasangan Garnis lampu depan supaya tampilan lebih kereen lagi
3. Ada usulan untuk membuat stiker acrilic yg oke punya
4. website khusus pengguna santi dimana biaya sewanya diperkirakan cukup terjangkau untuk dibagi samarata kesetiap anggota/ members.
5. mungkin ada rencana ketemuan setelah hari raya idul fitri lokasi sudah disepakati di ocean park BSD sambil menikmati panganan D'cost dan anak/keluarga mandi di ocean park.

Sungguh disayangkan karena ada sesuatu dan lain hal bro Inoz, bro Ilham dan Bro Tantan tidak bisa hadir karena alasan pribadi, dan hal itu sudah dikomunikasikan sebelumnya kepada kita semua, next time hadir ya bro santier smua.....!!!

Nah ini hasil jepretan hp ane, karena camera saku kepake oleh keluarga dalam acara 17an di komplek tempat tinggal....dan untuk photo hasil jepretan beneran mungkin akan ditambahkan setelah dapet kiriman dari bro Sharky

Sekali lagi ane hatur ucap thanks atas kehadirannya dan thanks juga untuk bro Sharky yg udah banyak sharing tentang hal2 yg baru untuk komunitas kita.....!!


Tangerang, 16 Agustus 2009


Wasalam

Senin, 10 Agustus 2009

DIM - Mengatasi Getaran pada pedal Rem saat digunakan


لسلام عليكم و رحمة الله و بركاته
Rem merupakan komponen mobil yang sangat penting bagi keselamatan anda saat berkendaraan karena rem bisa menjadi penyebab kecelakaan di jalan raya, begitu pentingnya masalah rem ini hingga para ahli otomotif menggolongkan rem sebagai sistem keselamatan nomor satu, lebih penting dari sabuk keselamatan dan airbags.
Secara umum model rem itu terdiri dari;
  1. Rem Tromol ( Drum ) banyak digunakan pada kendaraan berbeban berat seperti Truk, Kontainer dan Bus.
  2. Rem Cakram ( Disc ) banyak digunakan pada kendaraan sedan dan penumpang.
Kelebihan dari kedua model tersebut diatas, pada model Tromol memiliki keunggulan pada performa untuk mengurangi laju kendaraan berbobot berat, kekuatan tenaga pengereman berasal dari sepatu rem yang diam menekan permukaan permukaan tromol bagian dalam. Bagian ini berputar bersama-sama dengan roda. Karena adanya self-enegerzing action yang ditimbulkan oleh tenaga putar tromol dan tenaga mengembangnya sepatu, tenaga pengereman yang dihasilkan sangat besar.
Untuk rem cakram memiliki kelebihan, salah satunya adalah kinerjanya yang lebih pakem, atau dapat menghasilkan daya pengereman optimum karena adanya gesekan antara sepatu rem dan cakram. Konstruksinya sederhana, sehingga perawatan dan penggantian sepatu rem menjadikannya lebih mudah, Ini keunggulan lain dibandingkan dengan rem tromol. Oleh karena itu Rem Cakram dirancang untuk mengurangi kecepatan, memperlambat, dan menghentikan kendaraan, dan dipasang sebagian besar  di roda depan sedangkan rem tromol kebanyakan dipasang pada roda bagian belakang.
Penjelasan diatas merupakan ilustrasi dari kerja system pengereman pada kendaraan anda atau saya tentunya, tapi yang pasti saya pernah mengalami dimana pada saat melaju dengan kecepatan 100kpj, dan saat saya mengurangi kecepatan dengan menginjak pedal rem tiba-tiba terasa kaki kanan saya bergetar hingga steer pun terasa bergetar pula.
Dengan perasaan ingin mengerti permasalahan yang ada, saya konsultasikan kerekan-rekan otomotif mengenai permasalahan ini dan advise yang saya peroleh sebagian besar menyarankan agar carkram ( disc ) rem depan dibubut karena akibat permukaan cakram yang tidak rata menyebabkan efek cengkraman disc shoe/pad pada cakram menjadi tidak stabil dan menyebabkan timbulnya getaran pada pedal dan begitu juga pada steer.
Setelah masuk bengkel HMI Arteri Pondok Indah, advisor bengkel juga menyarankan hal yang demikian, sehingga usul tersebut saya jalankan dengan melakukan pembubutan Cakram yang dilakukan oleh petugas bengkel.
Setelah dilakukan pembubutan dan penggantian Disc shoe/pad karena tinggal 30% dan penggantian Ball Joint karena karet  covernya sdh brekele, maka hasil yang saya peroleh kendaraan tunggangan sudah smooth saat saya menginjak pedal rem, dan getaran pada pedal serta steer sudah dapat diatasi, sehingga dengan kecepatan diatas 120 kpj pun getaran itu sudah tak terasa lagi.
Demikianlah sharing pengalaman ini, mudah-mudahan bermanfaat dan dapat digunakan sebagai referensi jika anda mengalami hal yang sama pada kendaraan anda.




Tangerang, 10 Agustus 2009.


Minggu, 09 Agustus 2009

Kabut di Lembah itu

irama dan tabuhan itu begitu mempesona,
membuka relung hatiku dan pikiranku
kakiku bergerak tanganku mengayun,
corak kostumpun memeriahkan suasana akan asa
bahwa esok sudah berada dalam genggamanku.....

aku berjalan mengikuti irama itu
hingga ketepian bukit yang bisa menerawang keseluruh penjuru
indahnya pemandangan ini, indahnya alam ini, dan indahnya irama ini.....
semakin keatas geliat itu semakin bermakna...menari, menyanyi dan bercerita...
dalam lakon,... seupil kuku kelingkin ku...menyerigap bagai cakrawala setiap gerakku...
duh tak disangka,dalam suasana ini kabut berjalan perlahan...perlahan dan perlahan......!!

Lembah dan bukit itu seketika menjadi gelap...
tak kulihat sedikitpun keindahan, sorak sorai ataupun suara merdu...
pada setiap langkah..hitungan itu semakin menjauh...menjauh dan menjauh...
aku sadar, asa ini begitu besar untuk ku gapai...meskipun aku tak mendapatkan apa-apa...

namun keyakinan ini begitu penuh, begitu luas dan begitu ingin mendobrakkk...
gerakmu begitu lincah, begitu cekatan dan begitu penuh nuansa...
sampai akhirnya keyakinan itu mengalir kesekujur urat nadiku....dan
disitulah awalnya muara itu berada.....!!

aku disini, melihat kabut....
yang menutupi pemandanganku...
hingga akhirnya kututup semua cerita yang ada...
tak mau aku diliputi kesedihan dan kesenduan akan kenyataan yang ada....
perlahan-lahan aku berjalan, untuk menuruni bukit ini...
satu demi satu tanpa melihat kebelakang....
yang kulihat hanya kedepan...kedepan dan kedepan ....
karena kabut ini begitu pekat...pekat sekali.....

kucoba mengingat langkahku...dimana aku memulainya
dan disitu juga aku akan mengakhirinya...
tapi yang pasti aku sudah berada diantaranya
mengaguminya dan menghormatinya....
walaupun akhirnya akan jadi begini....

tak apalah, setiap langkah pasti punya catatan
setiap ucapan pasti punya arti...dan setiap gerak akan berlalu....!!
berlalu diterpa angin, dan berlalu diterpa mentari pagi yang bersinar...
bersinar dipengabdian berikutnya....

berikutnya pimpinanku...berikutnya harapanku....!!
berikutnya bukan berarti yang ini, berikutnya bukan berarti yang itu....
tapi berikutnya untukmu dan untuk SEGALANYA....!!



Tangerang, 9 Juli 2009

Sabtu, 08 Agustus 2009

ANSIEDAD - Nat King Cole




Ansiedad de tenerte en mis brazos,
musitando palabras de amor
Ansiedad de tener tus encantos,
y en la boca volverte a besar

Coro:
Tal vez ests llorando mi pensamiento
Mis lgrimas son perlas que caen al mar
Y el eco adormecido, de este lamento
Hace que ests presente en m soar

Quizs ests llorando al recordarme
Y estreches mi retrato con frenes
Y hasta tu odo llegue, la meloda salvaje
y el eco de la pena de estar sin ti

Se repite el verso I
Y luego el coro otra vez....

Kamis, 25 Juni 2009

Hindari Pungli, Pembayaran SIM, BPKB dan STNK Lewat BRI




Jakarta
- Polisi lalu lintas (Polantas) mencoba membersihkan dirinya dari pungutan liar (pungli). Kini, pembayaran untuk pelayanan Surat Izin Mengemudi (SIM), Surat Tanda Nomor Kendaraan (STNK) dan Bukti Pemilikan Kendaraan Bermotor (BPKB) langsung dibayarkan masyarakat ke kas negara melalui Bank Rakyat Indonesia (BRI).

"Ini merupakan satu grand design reformasi Polri untuk meraih kepercayaan publik," ujar Direktur Lalu Lintas Polda Metro Jaya Kombes Condro Kirono kepada wartawan di Mapolda Metro Jaya, Jalan Sudirman, Jakarta Selatan, Kamis (25/6/2009).

Menurut Condro, inovasi ini berlaku di seluruh Indonesia. Sistem ini dapat mempermudah masyarakat dalam mengurus SIM, STNK dan BPKB (SSB).

Pembayaran pelayanan itu sendiri bisa dilakukan di setiap teller BRI di mana saja. "Di setiap tempat pelayanan SSB, kami sediakan gerai BRI serta ATM-nya," katanya.

Selain itu, Anda juga bisa melakukannya sendiri di ATM di mana pun Anda berada. "Jadi pemohon tak perlu lagi mengantre," jelas Condro.

Sementara itu, Kepala Subdit Registrasi dan Identifikasi (Regident) Polda Metro Jaya AKBP Teddy Minahasa mengatakan, syarat dan sistem pelayanannya tidak berubah. "Bedanya hanya cara pembayarannya saja yang dilakukan langsung ke kas negara," kata Teddy.

Proses pelayanannya sendiri akan dilakukan setelah pemohon menyerahkan bukti atau struk pembayaran ke petugas. "Penyerahan struknya tinggal datang saja ke Samsat, seperti biasa," tutur Teddy

(mei/nrl)


Sumber : detiknews

Rabu, 17 Juni 2009

Apa Kata Ahmad Syafi'i Ma'arif Tentang JK




Ahmad Syafi'i Ma'arif Tokoh Bangsa :

" Saya rasa Presiden Esbeye beruntung ya punya seorang JK itu, Dialah yang banyak berbuat ya untuk Bangsa ini, soal Aceh umpamanya, soal Ambon. BLT memang itu JK, walaupun itu dikritik banyak orang, tetapi rakyat itu merasakan "


" RENDAH HATI ADALAH CIRI NEGARAWAN "

Selasa, 16 Juni 2009

Apa Kata Solihin GP Tentang JK




Solihin GP Pejuang Kemerdekaan :

Pak JK ini sederhana, Tegass, dia juga Cepatt, Leadershipnya Bagus, menurut saya, itu sifat Kepemimpinan yang percaya diri.


" PERCAYA DIRI, CIRI SEORANG NEGARAWAN "

Senin, 15 Juni 2009

Apa Kata Kwik Kian Gie Tentang JK




Kwik Kian Gie Pakar Ekonomi :

" Pak JK ini mengerti persis, melihat persoalan, lalu kemudian membentuk Opini dan menentukan sebuah kebijakan, lalu mengambil keputusan, dan kemudian kalau ada menteri yang ragu-ragu, berani mengatakan, saya yang mengambil tanggung jawab. "


" BERTANGGUNG JAWAB, CIRI SEORANG NEGARAWAN "

Minggu, 14 Juni 2009

Apa Kata K.H. Hasyim Muzadi Tentang JK




K.H. Hasyim Muzadi Tokoh Bangsa :


" Pak JK itu Bisa Bertindak Cepat dan Berani Mengambil Resiko untuk sebuah Prinsif "

TEGAS ADALAH CIRI SEORANG NEGARAWAN

Jumat, 12 Juni 2009

Apa Kata Budiarto Shambazy Tentang JK




Budiarto Shambazy Wartawan Senior Kompas :


" Pak JK ini sebagai Pemimpin yang tidak segan-segan turun kebawah ( turba ), ke Pelabuhan langsung teken paginya, sorenya barang bisa diekspor atau diimpor. Nah kita butuh ini pemimpin yang cepat mengatasi persoalan yang makin hari makin banyak "

" BERTINDAK CEPAT, CIRI SEORANG NEGARAWAN "

Kamis, 11 Juni 2009

Jembatan Suramadu Diresmikan SBY

لسلام عليكم و رحمة الله و بركاته

Akhirnya Jembatan Suramadu diresmikan juga oleh Presiden SBY, dimania Jembatan ini mempunyai panjang  5,438 meter
. Lebar jembatan 2x15 meter. Lajur kendaraan 2x2x3.50 meter. Lajur darurat juga disiapkan 2x2.25 meter dan lajur sepeda motor 2 x 3.05 meter.

Biaya Pembangunan Jembatan Suramadu ini menelan biaya lebih kurang 4,5 Triliun yang sedianya ditahap perencanaan diperkirakan menelan dana  2,3 trilyun, adapun dana pembangunannya dibiayai dari anggaran APBN dan  Pinjaman Bank Exim China.

Mudah-mudahan jembatan ini dapat dipergunakan sepenuhnya bagi kemakmuran rakyat Madura pada khususnya dan masyarakat Jawa Timur pada Umumnya dan dapat dijadikan ikon sebagai kebangkitan Teknologi Pembangunan Jembatan di Indonesia, dan selanjutnya dapat digunakan sebagai referensi buat pembangunan Jembatan lainnya, khususnya Jembatan Selat Sunda tentunya.


Tangerang, 11 Juni 2009,


Wasalam,



SURABAYA - Berapa tarif yang dikenakan kepada para penyeberang di Suramadu kemarin terjawab. Pengendara roda empat dikenai Rp 30 ribu dan motor Rp 3.000. Kepastian soal tarif itu disampaikan Menteri Pekerjaan Umum (PU) Djoko Kirmanto saat membacakan laporan teknis pembangunan jembatan terpanjang di Indonesia itu di acara peresmian kemarin.

Bagaimana jenis kendaraan berat, seperti truk, tronton, dan bus? Djoko seusai acara peresmian kepada wartawan mengatakan, itu akan dibahas lebih lanjut selama masa uji coba 3-5 hari ke depan. "Tarif tol Suramadu berlaku setelah masa uji kelaikan jembatan," tambah Djoko.

Tarif itu, lanjut dia, sesuai usul Pemprov Jatim yang angkanya lebih rendah daripada tarif penyeberangan feri Ujung-Kamal (lihat grafis). Penghitungan itu didapat dari 40-60 persen tarif feri. Djoko berharap pemberlakuan tarif Suramadu yang akan dikelola BUMN PT Jasa Marga itu menjadi solusi untuk mengurangi overload distribusi barang dan jasa di Ujung-Kamal. "Semoga tarif ini dapat membantu meningkatkan pengembangan potensi perekonomian masyarakat," imbuhnya.

Lantas, kapan Jembatan Suramadu boleh dilewati? Kepala Balai Pembangunan Jalan Besar V A.G. Ismail menyebut sekitar tiga hari lagi. Waktu tiga hari itu, kata Ismail, untuk memberi kesempatan pembongkaran panggung di sisi Madura untuk acara peresmian kemarin. "Sebelum dilewati, kita lebih dulu memasang sistem monitor. Ini baru bisa dilakukan setelah peresmian," kata Ismail.

Jembatan sepanjang 5,4 kilometer dan menelan anggaran hingga Rp 5 triliun itu diresmikan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Dia datang bersama ibu negara Ny Ani Yudhoyono dan anak keduanya, Edy Baskoro Yudhoyono. Sejumlah menteri anggota Kabinet Indonesia Bersatu ikut menyertai. Di antara mereka adalah Menteri Dalam Negeri Mardiyanto, Menteri Keuangan Sri Mulyani, Menteri Perdagangan Mari Elka Pangestu, Menteri Perhubungan Jusman Syafii Djamal, serta Menteri Komunikasi dan Informasi M. Nuh.

Selain itu, hadir Menteri Negara Lingkungan Hidup Rachmat Witoelar dan Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas Paskah Suzeta.

Di deretan tamu penting terlihat Ketua MPR Hidayat Nur Wahid dan Ketua Mahkamah Konstitusi Mahfud M.D. Juga tampak perwakilan negara sahabat, seperti Duta Besar Tiongkok untuk Indonesia Zhang Qiyue dan Konsul Jenderal di Surabaya dari Jepang, Jerman, dan Malaysia.

Perwakilan partai politik juga hadir. Di antaranya Ketua Umum DPP PKB Muhaimin Iskandar yang juga wakil ketua DPR RI, Ketua Umum DPP PPP Suryadharma Ali yang juga Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil Menengah, Sekjen DPP PDIP Pramono Anung, serta wakil Golkar Fahmi Idris yang juga Menteri Perindustrian.

Para mantan presiden sebenarnya diundang oleh panitia. Tapi, tak satu pun yang datang. "Kami mengundang semua, termasuk mantan presiden. Mulai B.J. Habibie, Abdurrahman Wahid, dan Megawati Soekarnoputri," kata Sekdaprov Jatim Rasiyo kemarin.

Dari Jatim hadir Gubernur Soekarwo dan Wagub Saifullah Yusuf. Dua mantan gubernur Jatim tampak di antara undangan tamu penting. Mereka adalah Imam Utomo dan HM. Noer, tokoh Madura yang ikut berjasa di balik pembangunan Suramadu. Wali Kota Surabaya Bambang D.H. dan wakilnya Arif Afandi, serta semua bupati di Madura, salah satunya Bupati Bangkalan Fuad Amin, juga hadir.

Ketika menyampaikan sambutan, SBY menyinggung soal tarif yang dikenakan di Suramadu. Menurut dia, tarif tol Suramadu yang sudah ditentukan tidak terlalu mahal. Dia juga meminta Pemerintah Provinsi Jatim memberikan perhatian tersendiri bagi pengusaha angkutan feri.

''Khusus kepada angkutan ka­pal, saya minta Saudara Guber­nur mem­­berikan perhatian kepada mereka yang lebih dulu menggerakkan perekonomian Madura melalui lalu lintas penyeberangan,'' ujar SBY.

SBY yang mulai berpidato se­ki­tar pukul 10.30 juga berjanji akan le­bih memperhatikan pembangunan infrastruktur di daerah-daerah yang belum dituntaskan. "Pemerin­tah pu­­­sat telah menganggarkan dana perbaikan infrastruktur dalam APBN 2009 sebesar Rp 86,71 triliun,'' je­las SBY. Infrastruktur yang dimak­sud adalah sarana transportasi, pemeliharaan jalan, dan jembatan.

Macet di Suramadu

Rupanya, banyak warga yang ingin pergi ke lokasi Suramadu. Mulai pukul 07.00, mereka berbondong-bondong menuju ke jembatan tersebut, baik para pengendara mobil maupun motor.

Tapi, mereka tak bisa masuk ke Suramadu karena di pintu tol dicegat petugas. Itu terlihat di sisi Surabaya. Ratusan pe­ngendara mobil yang semula akan menjajal masuk ke Suramadu dihalau balik oleh petugas. Sebab, jalur mobil di Suramadu seharian kemarin memang ditutup, kecuali para tamu undangan yang menghadiri peresmian. Itu pun hanya satu lajur. Maka, kemacetan pun tak terhindarkan, mulai Tambak Wedi hingga Tanah Kali Kedinding yang menuju ke arah Suramadu.

Selesai acara peresmian sekitar pukul 12.00, warga yang mengendarai mobil tetap ngotot masuk Suramadu. Tapi, mereka tak diperbolehkan masuk. Polisi yang bertugas sampai menulis kalimat: 3 Hari s/d 5 Hari Lagi. Maksudnya, akses ke Suramadu baru dibuka 3-5 hari lagi. Tulisan itu dikelilingkan ke pengendara mobil dan motor yang sejak pagi mengantre akan lewat ke Suramadu.

Jika pengendara mobil bisa di­halau, lain halnya dengan para pengendara motor. Para pengendara motor, baik di sisi Madura maupun Surabaya, berhasil menerobos masuk ke lajur motor di timur jembatan. (sep/luq/nra/mat/kum/jpnn)

Sumber : Jawa Pos



AB Kuniawan/Try Hariyono
KOMPAS.com — Berdirinya Jembatan Suramadu merupakan tonggak sejarah baru dalam pembangunan konstruksi prasarana perhubungan di Indonesia. Jembatan antarpulau sepanjang 5.438 meter yang akan diresmikan besok (10/6) itu bukan hanya yang terpanjang di Indonesia, tetapi juga di Asia Tenggara.
Sebagai jembatan yang menghubungkan dua pulau, sesungguhnya Suramadu (Surabaya-Madura) merupakan jembatan kedua setelah rangkaian jembatan Barelang (Batam-Rempang-Galang) yang selesai dibangun tahun 1997. Enam jembatan dengan berbagai tipe yang menghubungkan tujuh pulau kecil di Provinsi Kepulauan Riau ini merupakan landmark keberhasilan dan kemandirian anak bangsa dalam membangun jembatan antarpulau.
Sebelum Suramadu dibangun, timbul keraguan, apakah mungkin membangun jembatan di daerah patahan dan gempa? Bagaimana dengan tiupan angin di laut Selat Madura yang terkenal kencang, apakah tidak akan memengaruhi konstruksi jembatan?
Penelitian pun akhirnya dilakukan secara mendalam selama 2003-2004. Penelitian yang lebih bersifat technical study dilakukan terhadap 12 item yang kebanyakan berupa parameter tanah.
Dari sisi seismic hazard analysis, misalnya, diperoleh kesimpulan, di sekitar lokasi jembatan tidak ditemukan suatu patahan aktif. Berdasarkan katalog gempa juga tidak ditemukan gempa dengan magnitude di atas 4 skala Richter sehingga kondisi di sekitar lokasi jembatan cukup stabil.
Kajian mendalam juga dilakukan terhadap kontur dasar laut, arus air laut, serta pengaruh pasang terhadap jembatan. Ternyata semuanya sangat memungkinkan untuk dibangun jembatan yang menghubungkan dua pulau. Adapun untuk angin, berdasarkan kajian, ternyata angin yang melintang kecepatannya sekitar 3,6 kilometer per jam sampai maksimal 65 kilometer per jam.
Tahan gempa
Jembatan Suramadu yang pemancangan tiang pertamanya dilakukan pada 20 Agustus 2003 oleh Presiden Megawati Soekarnoputri saat ini bisa tahan terhadap guncangan gempa sampai 7 skala Richter. Jembatan ini pun dirancang dengan sistem antikorosi pada fondasi tiang baja.
Karena menghubungkan dua pulau, teknologi pembangunan Jembatan Suramadu didesain agar memungkinkan kapal-kapal dapat melintas di bawah jembatan. Itulah sebabnya, di bagian bentang tengah Suramadu disediakan ruang selebar 400 meter secara horizontal dengan tinggi sekitar 35 meter.
Untuk menciptakan ruang gerak yang lebih leluasa bagi kapal-kapal, di bagian bentang tengah Suramadu dibangun dua tower (pylon) setinggi masing-masing 140 meter dari atas air. Kedua tower ini ditopang sebanyak 144 buah kabel penopang (stayed cable) serta ditanam dengan fondasi sedalam 100 meter hingga 105 meter.
”Total panjang tower sekitar 240 meter. Ini sesuatu yang belum pernah dilakukan sebelumnya,” kata Direktur Jenderal Bina Marga Departemen Pekerjaan Umum Hermanto Dardak.
Kuat 100 tahun
Secara keseluruhan, pembangunan Suramadu menghabiskan sekitar 650.000 ton beton dan lebih kurang 50.000 ton besi baja. Tak heran, dinas pekerjaan umum mengklaim Suramadu sebagai megaproyek yang menghabiskan dana total mencapai Rp 4,5 triliun. Jembatan ini dirancang kuat bertahan hingga 100 tahun atau hampir menyamai standar Inggris yang mencapai 120 tahun.
Karena berada di tengah lautan, Suramadu berpotensi terkendala faktor angin besar yang potensial terjadi di tengah lautan. Untuk memastikan keamanan kendaraan yang melintas di atas Suramadu, Departemen Pekerjaan Umum akan membangun pusat monitoring kondisi cuaca, khususnya angin.
”Jika kecepatan angin sudah mencapai 11 meter per detik atau sekitar 40 kilometer per jam, jembatan harus ditutup untuk kendaraan roda dua demi keselamatan pengendara,” ujar Menteri Pekerjaan Umum Djoko Kirmanto.
Jika kecepatan angin bertambah hingga 18 meter per detik atau sekitar 65 kilometer per jam, jalur untuk kendaraan roda empat akan ditutup. Langkah ini semata-mata untuk keselamatan dan kenyamanan pengendara. Adapun konstruksi jembatan akan tetap aman karena Jembatan Suramadu dirancang tetap kokoh meski ditempa angin berkecepatan lebih dari 200 kilometer per jam.
Bukan cuma kuat dari terpaan angin, Jembatan Suramadu juga didesain mampu menopang kendaraan sesuai standar as atau axle di daratan. Dengan demikian, Suramadu diperkirakan mampu menahan beban dengan berat satu as kendaraan sekitar 10 ton.
Cukup lima menit
Setelah diresmikan besok, diperkirakan Jembatan Suramadu akan dilintasi 8.000-9.000 sepeda motor per hari serta sekitar 4.000 kendaraan roda empat per hari.
Jumlah ini berdasarkan perhitungan sebelumnya, kendaraan yang melintasi Ujung-Kamal dengan menggunakan kapal feri sekitar 2,4 juta sepeda motor per tahun (62 persen) serta 1,5 juta kendaraan roda empat per tahun (38 persen).
Selain bakal padat, jembatan ini pun pasti akan sangat membantu masyarakat karena waktu tempuh Surabaya-Madura bisa dipersingkat. Jika sebelumnya menggunakan feri dibutuhkan waktu sekitar 30 menit, sekarang dengan menggunakan Suramadu cukup ditempuh lima menit.
Sempat tersendat
Pembangunan Suramadu dalam perjalanannya sempat menemui kendala dana. Terhambatnya pencairan dana menyebabkan pembangunan approach bridge atau jembatan pendekat sisi Surabaya sepanjang 672 meter tersendat September 2008. Pemerintah Provinsi Jawa Timur akhirnya menalangi dana pembangunan melalui Bank Jatim sebesar Rp 50 miliar sebelum dana pinjaman dari Bank Exim of China sebesar 68,9 juta dollar AS cair.
Studi pembangunan yang kurang sempurna menyebabkan perkiraan biaya pembangunan juga meleset, seperti tiang pancang jembatan yang awalnya hanya didesain setinggi 45 meter akhirnya bertambah menjadi sekitar 90 meter. Karena itu, dari estimasi awal nilai kontrak sebesar Rp 4,2 triliun, biaya pembangunan akhirnya membengkak hingga Rp 4,5 triliun.
Pembiayaan pembangunan Suramadu 55 persen ditanggung pemerintah dan 45 persen sisanya pinjaman dari China. Dari total biaya pembangunan Suramadu sebesar Rp 4,5 triliun, sekitar Rp 2,1 triliun di antaranya berutang kepada China. Mahalnya pemikiran dan biaya pembangunan Suramadu diharapkan mampu menumbuhkan geliat ekonomi Tanah Air, terutama Jawa Timur.
(Yuni Ikawati)

Sumber : Kompas

DIY - Penyebab suara Kletek2 di kabin belakang Si-santi


لسلام عليكم و رحمة الله و بركاته


Menjelang berangkat tugas tanggal 26 mei kemaren, saat pulang dari rumah Ibu mertua di Ciledug kabin belakang terasa tidak nyaman sekali, karena ketika melewati jalan tidak rata sedikit saja suara kletek2 yang tampak seperti suara baud kendor antara bagian atas dan bawah.
suara tersebut sungguh membuat was-was karena sebelumnya tidak pernah terjadi, dan terasa seperti baud kendor dan akan lepas, dengan penuh keingin tahuan Si-santi saya bawa ketepi dan setelah menyalakan lampu Hazard saya tengok kebagian bawah ban belakang kiri dan kanan tapi tak ada hal yang mencurigakan.....dan setelah saya sampai dirumah pun saya amati tapi saya belum menemukan penyebabnya....karena kadung sore akhirnya saya parkir aja Si-santi digarasi dan langsung saya tutup dengan cover karena ini boil akan dianggurin selama dua minggu dan besok saya harus mempersiapakan untuk keberangkatan tugas.

Dan ketika saya kembali tugas saya bawa Si-santi kebengkel/ Beres terdekat di AAP Serpong, dan setelah di periksa kabin bagian belakang oleh montir langganan, ternyata ditemukan seal atau Bushing karet pengencang dan pengikat baud shock Absorber sudah mengeras dan hancur, sehingga setiap benturan yang melewati jalan yang tidak rata posisi baud atas dan washer baud beradu sehingga menimbulakan suara kletek2 ......!!! Selain dari itu baud terlihat sagat berkarat dan dengan terjadinya benturan antara waher/baud dan bagian bawah shock absorber serta baud pengunci atas dikhawatirkan screw/ulir baud akan sleck atau rusak, begitu kata montir yang akan mengerjakan pekerjaan itu.....saya hanya berpesan hati2 dan perlahan-lahan saja dan gunakan WD40 dan grease tambahan supaya screwnya/ulir baudnya  tidak rusak....sebab kalau sampai rusak shock abrsorbernya harus diganti dan ini bisa membuat kantong bolong karena untuk sepasang shock absorber kira2 Rp 1,6 jetian....dengan hati2 dan perlahan Si-montir bisa melepas baud tersebut lalu mengganti BUSHING Karet dan kemudian baud dikencangkan....setelah kencang dilakukan test dan melewati jalan berlubang yang disekitaran serpong, dimana rata2 jalannya lumayan tidak bagus. alias banyak lubang....dan hati saya merasa lega karena tidak ada suara kletek2 yang terjadi....alhamdulillah tentunya.

Jadi Kalau Si-santi ( Santa Fe ) anda mengalami hal yang sama dengan saya dimana suara dikabin belakang ada suara asing yang berbunyi Kletek-kletek, hal yang anda perlu perhatikan adalah :
1. Parkirlah kendaraan anda ditempat yang teduh dirumah anda tentunya.
2. Buka Pintu belakang Kendaraan anda
3. Buka Cover/ Penutup tempat dimana shock Absorber/breaker sebelah kiri dan kanan
4. Buka Karet Penutup
5. Perhatikan Karet Bushing/sealnya apakan sudah rusak/brekele...yang pasti sudah rusak sebab kalau tidak rusak ngak mungkin ada suara kletek-kletek tersebut diatas.
6. Order Part ke langganan terdekat yakni P/N 55320-26000 ( Bushing Upper B ) dan P/N : 55325-26500 ( Bushing Upper A ), harganya kalao di BERES untuk A = Rp 66 rb dan untuk B harganya Rp 91 rb.
7. Bila spare partnya sudah datang buka baud atas dengan menggunakan kunci ring pas 13 setelah terbuka ganti masing2 part untuk sebelah kiri dan kanan.
8. Bila sudah diganti coba anda lakukan test drive Insya Allah suara itu akan hilang.....!!!

Kalau hal ini anda lakukan sendiri/DIY, anda bisa menghemat ongkos kerja montir di BERES sebesar Rp 150 rb, lumayan khan buat keperluan lainnya.....!!

Mudah-mudahan tulisan ini bermanfaat terutama untuk pegguna Hyundai Santa Fe atau Trajet yang tifikal mesinnya sama.


Tangerang, 11 Juni 2009



Wasalam


Gambar 1. Suspensi Belakang

Gambar 2. Bushing karet sebelah kiri yg sdh Brekele

Gambar 3. Bushing Karet sebelah kanan yg masih Bagus

Gambar 4. Bushing Karet Kiri Ganti Baru

Gambar 5. Bushing Karet kanan Ganti baru juga

Jumat, 05 Juni 2009

H M. Jusuf Kalla Menuju RI 1

Siapa pun Presiden, Bisnis Saya Tetap Jalan

Muhammad Jusuf Kalla kini menjadi penantang serius incumbent SBY. Bagaimana persiapannya untuk memenangkan pertarungan Pilpres 2009? Inilah hasil wawancara JK dengan wartawan Jawa Pos Ibnu Yunianto, Raka Deni, dan Taufik Lamade di Istana Wapres, Senin (1/6) lalu:

---

Sebagai capres yang berlatar belakang pengusaha, banyak isu yang menyebutkan Anda akan sulit memisahkan antara kepentingan bisnis keluarga dan negara?

Pengusaha itu pekerjaan mulia, sama se­perti pekerjaan lain. Kalau tanpa peng­usaha, siapa yang akan bayar pajak, siapa yang mau kasih kerja orang. Pengusaha itu profesi mulia. Keluarga saya itu sudah menjadi pengusaha selama 70 tahun. Jadi, ini pekerjaan turun-temurun.

Sama saja dengan Pak SBY, dia tentara, bapaknya tentara, mertuanya tentara, sau­daranya tentara, dan anaknya tentara. Apa itu haram, apa itu KKN, kan tidak. Mereka kan bekerja secara profesional.

Nah, kalau keluarga saya berusaha secara professional, kenapa mesti diusik-usik. Karyawan perusahaan saya itu 10 ribu-20 ribu orang. Kenapa dicurigai, apa mau dibiarkan menganggur ribuan orang itu. Bisnis keluarga yang ada hubungan dengan pemerintah paling lima persen.

Contohnya, kami jualan mobil, apa hu­bungannya dengan pemerintah? Siapa pun presidennya, tetap akan jalan. Kami juga pu­nya hotel, punya mal, punya pabrik se­men, siapa pun pemerintahnya, akan tetap jalan. Yang lima persen itu tetap pakai tender resmi. Coba, sebutkan satu saja yang melanggar aturan. Kalau Anda bisa sebutkan satu saja yang melanggar, saya kasih seluruh keuntungannya. Tapi kalau salah, Anda mesti bayar sama saya.

Bagaimana dengan isu monorel yang me­mojokkan keterlibatan Pak JK yang di­kampanyekan oleh tim kampanye lain?

Monorel itu proyek siapa? Sutiyoso. Pre­sidennya Ibu Mega. Siapa menteri keua­n­g­annya waktu itu? Boediono. Kalau disetujui, pasti dia yang setujui. Cuma, itu tidak jalan. Bayangkan tidak manusiawinya. Di bawah orang macet total berjam-jam di jalan. Di atas ada proyek monorel yang macet. Itu harus dijalankan dong. Sudah ada tiang-tiangnya masak tidak dijalankan hanya gara-gara tidak ada yang menjamin (kreditnya). Betul-betul brengsek pemerintah yang tidak manusiawi seperti itu, di bawah dia biarkan rakyat macet total, di atas dia biarkan proyek macet.

Tapi, mengapa Anda dikaitkan de­ngan proyek itu?

Tugas saya sebagai Wapres mempercepat proyek itu selesai. Setelah saya pe­rik­sa, oh, ternyata proyek itu terlalu mahal, USD 800 juta, turunkan jadi USD 400 juta dengan memakai produk dalam ne­geri. Saya terlibat dalam rangka penggu­naan produk dalam negeri dan menurun­kan biayanya menjadi separonya.

Saya juga berani bertaruh di sini. Coba tun­jukkan di mana salahnya, saya akan ba­yar sama dia keuntungan yang dia kata­kan saya dapat. Tapi kalau salah, dia ha­rus bayar sebesar yang dia katakan. Siapa be­rani tunjukkan proyek monorel itu sa­lah, justru salah orang yang tidak melanjutkan proyek monorel, sementara di ba­wah macet total dan tiang-tiangnya sudah jadi. Apa tidak menangis kalau ada orang yang berpikir macam-macam, tidak mau teken jaminan agar proyek itu jalan lagi. Terakhir dia mau, tapi sudah telanjur krisis.

Tugas saya sebagai Wapres untuk mempercepat dan mengefisienkan pembangunan infrastruktur. Saya tegaskan, tidak ada hubungan proyek monorel itu dengan keluarga saya. Itu fitnah. Saya akan tuntut siapa pun yang ngomong seperti itu sekali lagi.

Anda juga dituding melakukan politisasi agama?

Kami tidak punya rencana menggunakan isu agama untuk membeda-bedakan masyarakat. Bahwa itu terikut secara otomatis, tidak bisa dihindari. Kalau saya ke pesantren, sentimen itu tidak bisa dihindari. Atau kalau istri saya dan istri Pak Wiranto berjilbab, itu juga tidak bisa dihindari ka­rena memang begitu. Bukan saya yang membawa ke isu agama, tapi masyarakat yang memandangnya. Itu sah-sah saja.

Pernahkah ada kampanye dari kami pilihlah istri capres yang berjilbab? Itu bukan kami yang mengembuskan, tapi masyarakat yang menangkapnya sendiri dari fakta yang ada. Jilbab bukan politisasi agama karena istri saya sudah berjilbab sejak 20 tahun lalu. Kalau sekarang ada istri capres yang dulu tidak berjilbab, tapi tiba-tiba difoto pakai jilbab dan disebarkan kiri-kanan, justru itu yang politisasi agama.

Slogan Anda lebih cepat lebih baik. Lan­tas, apa pemerin­tahan saat ini kurang cepat?

Pemerintahan saat ini sudah baik, cuma harus lebih cepat lagi dalam melaksanakan program dan menghadapi masalah-masalah. Bagaimana memanfaatkan semua sumber daya untuk menyelesaikan masalah dengan kecepatan yang baik, jangan ditunda-tunda masalahnya.

Semua masalah yang timbul pada saat krisis ini, sekiranya diselesaikan sebelumnya, tidak akan ada. Katakanlah, pembangunan pariwisata di Lombok -kalau di­selesaikan sebelumnya- tidak akan menjadi masalah sekarang.

Kenapa lambat?

Kita sering terlambat mengambil keputusan dan birokrasi kita memang menuntut dibuat target-target secara jelas.

Oh ya, Anda menargetkan pertumbuhan 8 persen pada 2011. Ada capres lain yang menargetkan 10 persen. Bagaimana realistisnya?

Kalau saya meyakini itu target (8 persen) yang sangat realistis. Mengapa? Tahun 2008 sudah 6,4 persen, jadi tinggal kita naik­kan 1,5 persen sudah delapan. Itu ti­dak sulit karena pada 2010 program yang saya koordinasikan seperti pengurangan subsidi listrik dan konversi elpiji itu menghemat Rp 150 triliun-200 triliun. Infrastruktur lain se­perti jalan tol, kereta api, dan sebagainya juga sudah jalan. Kalau pendapatan besar dan pengeluaran mengecil, pemerintah akan mampu mendorong pertumbuhan.

Kita juga akan benahi masalah birokrasi investasi doing business dalam dua tahun. Krisis dunia juga akan selesai, apalagi dampak krisis dunia tidak akan sebesar dampak yang menimpa negara lain. Jadi, delapan persen itu target minimal.

Apa cukup spending saja?

Di samping spending, tentu ada inves­tasi swas­ta. Sumber dana kita dari dalam ne­geri sebenarnya besar, tidak usah khawa­tir kekurangan. Dari SBI saja ada Rp 290 triliun lebih. Kalau diambil Rp 100 triliun saja, sudah bisa untuk membangun infrastruktur. Diambil maksudnya bank BUMN meminjamkan kepada perusahaan swasta.

Setelah jadi presiden nanti, apa program ekonomi konkret?

Program saya adalah peningkatan eko­nomi bangsa yang mandiri untuk kepentingan seluruh rakyat. Jadi, semua harus ber­kem­bang, tumbuh; pertanian harus kita tum­buhkan dengan baik supaya ada keman­dirian. Begitu pula industri. Karena itu, saya mendorong pertumbuhan industri dalam negeri dan penggunaan sumber dana dalam negeri. Jangan uang itu disimpan di bank sebagai SBI seperti sekarang. Itu bahaya sekali. Jangan pinjam uang mahal dari luar, dengan penerbitan SUN-SUN itu. Mahal sekali. Jadi, terbalik kebijakan selama ini.

Bila pertumbuhan digenjot, sering pe­me­rataannya tidak terjadi?

Itu bisa diatur bersamaan. Sambil bertumbuh, diatur pemerataannya. Ekonomi ke­rakyatan bisa menimbulkan pertumbuhan. Per­tanian dan UMKM itu kan ekonomi yang subjeknya rakyat semua. Jangan dipertentangkan antara pertumbuhan dan pe­merataan, kecuali yang berpikir itu sangat li­beral, yang dipikirkan pasar modal saja. Sektor finansial akan tumbuh, tapi ekonomi kerakyatan tidak. Pikiran-pikiran neoliberal hanya memikirkan sektor moneter dan keu­angan, bukan riil ekonomi. Selama kita fo­kuskan ekonomi riil, pasti akan merata, sambil pemerintah memberikan subsidi dalam bentuk air bersih, dana kesehatan, uang sekolah, pasti akan terjadi pemerataan.

Penegakan hukum dan pemberantasan korupsi pemerintah saat ini identik dengan SBY. Bagaimana sikap Anda?

Kita akan lebih keras dalam menegakkan hukum dan memerangi korupsi. Pidato per­tama saya ketika baru terpilih menjadi Wapres dan kemudian terpilih menjadi ketua umum Golkar keras sekali tentang antikorupsi. Saya tidak akan menjadikan Golkar sebagai bungker bagi koruptor.

Sebenarnya yang lebih banyak berperan (dalam penegakan antikorupsi) selama ini KPK yang merupakan lembaga hukum independen, bukan di bawah presiden. Sekalipun sekarang KPK sedang terkena masa­lah, tentu kita akan support agar bisa efektif kembali. Ke depan, saya akan lebih tegas lagi dalam penegakan hukum dan antikorupsi. Saya tidak punya beban apa pun.

Bila Anda memenangkan pilpres, ba­gaimana skema penyelesaian sosial dan ekonomi kasus Lapindo?

Pertama, akan saya selesaikan secara tek­nis dulu. Artinya, dengan segala macam tek­nologi, semburannya harus bisa ditutup. Secara bersamaan, itu akan menyelesaikan masalah ekonomi. Karena apa pun yang ki­ta perbuat, tanpa menutup semburan, tidak akan menyelesaikan masalah sosial dan ekonomi. Jadi, tutup dulu, baru minta Lapindo menyelesaikan kewajibannya sesuai dengan keputusan presiden.

Soal infrastruktur, saya kemarin sudah ketemu gubernur Jatim, segera dilakukan ground breaking jalan tol minggu depan.

Apa masih bisa ditutup?

Bisa, sudah banyak ahli pertambangan ke­temu dengan saya. Saya yakin bisa. Se­­mua penyakit itu kan ada obatnya. Tapi, segala upaya harus dilakukan.

Lapindo juga yang harus membiayai proses penutupan?

Ya ...memang begitu.

(noe/tof)

---

Nama: Drs H Muhammad Jusuf Kalla

Tanggal lahir: Watampone, 15 Mei 1942

Istri: Hj Mufidah Miad Saad

Anak: Muchlisa Jusuf, Muswirah Jusuf, Imelda Jusuf, Solichin Jusuf, dan Chaerani Jusuf

Cucu: Ahmad Fikri, Mashitah, Jumilah Saffanah, Emir Thaqib, Rania Hamidah, Aisha Kamila, Siti Safa, Rasheed, Maliq Jibran

Pendidikan Terakhir:

Fakultas Ekonomi Universitas Hasanuddin (1967)

The European Institute of Business Administration, Fontainebleau, Prancis (1977)

Pengalaman Organisasi:

Ketua HMI Cabang Makassar 1965-1966

Ketua Dewan Mahasiswa Universitas Hasanuddin 1965-1966

Ketua Presidium Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia (KAMI) 1967-1969

Ketua Pemuda Sekber Golkar Sulawesi Selatan dan Tenggara (1965-1968)

Ketua Kamar Dagang dan Industri Daerah (Kadinda) Sulawesi Selatan (1985-1997)

Ketua Dewan Pertimbangan Kadin Indonesia (1997-2002)

Ketua Umum Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) Sulawesi Selatan (1985-1995)

Wakil Ketua ISEI Pusat (1987-2000)

Penasihat ISEI Pusat (2000-sekarang)

Ketua Ikatan Alumni Unhas (sampai sekarang)

Ketua Persatuan Sepak Bola Makassar (1980-1990)

Pemilik klub sepak bola Makassar Utama (MU) pada 1985-1992

Pengalaman Pemerintahan:

1. Anggota DPRD Provinsi Sulawesi Selatan (1965-1968)

2. Anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat (1982-1987)

3. Anggota MPR utusan daerah (1997-1999)

4. Menteri Perindustrian dan Perdagangan/Kepala Bulog (1999-2000)

5. Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat (2001-2004)

6. Wakil Presiden (2004-2009)

Bidang Agama:

Mustasyar (Penasihat) NU Sulawesi Selatan

Ketua Yayasan Badan Wakaf Masjid Al-Markaz Al-Islami

Bendahara Masjid Raya Makassar

Ketua Forum Antaragama Sulawesi Selatan


Sumber : Jawa Pos

Minggu, 17 Mei 2009

Itzhak Perlman: Four Seasons Winter II.Largo




Mendengar music ini serasa berada diantara rinbun dan rindangnya pepohonan, dan hujan gerimis turun perlahan....serta ditemanin singkong goreng dan kopi hitam.....kaki selonjor kedepan....duh nikmatnya dan cozy-nya.....!!

Jauh dari keramaian dan hirukpikuknya kota besar....selamat menikmati .....!!

Salam Vivaldi,


Jumat, 15 Mei 2009

Prakarsa Rakyat : Jalan Neoliberal Pak Boed ( aku rindu pada Pak Muby )


Menjelang Pilpres 2009 yang akan berlangsung dibulan Juli nanti, ada seberkah harapan besar didalam hati ini untuk turut serta aktif mengemukakan pikiran dan pendapat tentang Calon Presiden dan Wakil Presiden yang bersaing....harapan saya untuk Presiden dan Wakil Presiden yang
terpilih nanti adalah yang memperjuangkan KEMANDIRIAN EKONOMI DAN MEMBANGUN EKONOMI KERAKYATAN...bukan EKONOMI LIBERAL yang mengedepankan Pemodal asing dan pemodal swasta yang padat modal.....tapi bagaimana caranya memberdayakan Ekonomi kerakyatan sesuai dengan amanat UUD 1945.

Berikut ini ada tulisan dari Pak Revrisond Baswir tentang Pak Boediono Cawapres dari Esbeye, mudah2an bisa mencerahkan kita semua agar tak salah dalam memilih....!!



Tangerang, 15 May 2009



*Oleh: Revrisond Baswir, Kepala Pusat Studi Ekonomi Kerakyatan UGM, Yogyakarta
PIDATO pengukuhan DR Boediono sebagai guru besar ekonomi di Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, menarik untuk dicermati. Peristiwa itu tidak hanya penting karena berkaitan dengan puncak karier seseorang sebagai staf pengajar perguruan tinggi.

Pada saat yang sama, sebagai seseorang yang sedang menjabat sebagai Menteri Koordinator Perekonomi, peristiwa itu juga penting karena mengungkapkan garis pemikiran Boediono dalam melaksanakan tugas pemerintahannya.

Pertanyaan besar yang dicoba dijawab Boediono dalam pidato pengukuhannya itu secara singkat berbunyi sebagai berikut, apakah kita sudah berada di jalan yang benar? Walaupun Boediono memiliki latar belakang sebagai ekonom, pertanyaan besar itu tidak ia ajukan hanya untuk menilai perjalanan perekonomian Indonesia.

Melainkan juga untuk menilai perjalanan perpolitikan Indonesia. Artinya, secara keseluruhan, pertanyaan besar yang dicoba dijawab Boediono ialah, apakah secara ekonomi dan politik Indonesia sudah berada di jalan yang benar?

Dalam menjawab pertanyaan besar itu, Boediono membagi isi pidatonya dengan mengupas tiga pokok bahasan. Pertama, mengenai sejarah perekonomian Indonesia. Kedua, mengenai hubungan antara tingkat pendapatan per kapita dengan demokrasi.

Dan ketiga, mengenai kebijakan ekonomi yang perlu menjadi prioritas Indonesia dalam beberapa tahun ke depan. Halaman yang dihabiskan Boediono untuk membahas ketiga pokok bahasan itu meliputi 28 halaman. Sedangkan referensi yang diacunya berjumlah 24 buah.

Semula saya agak terkesima dengan kepedulian Boediono terhadap sejarah perekonomian Indonesia. Lebih-lebih, dalam membahas sejarah perekonomian Indonesia, Boediono tidak hanya menelusurinya sejak akhir atau awal era pemerintahan Soeharto.

Ia menelusurinya jauh hingga ke era pemerintahan Soekarno. Walaupun demikian, setelah mengikuti ulasannya, saya merasa ada sesuatu yang hilang. Bagi Boediono, sejarah ternyata tidak lebih dari rangkaian peristiwa. Artinya, selain cenderung mengabaikan dinamika internasional ekonomi-politik Indonesia, Boediono juga cenderung mengabaikan aspek struktural yang melatarbelakangi dinamika sejarah.

Dengan kecenderungan seperti itu, mudah dimengerti bila Boediono cenderung sangat mudah melupakan era kolonial sebagai bagian integral dari sejarah perekonomian negeri ini.

Padahal, era kolonial ialah bagian teramat penting dari sejarah perekonomian Indonesia. Ia tidak hanya penting karena berlangsung dalam kurun waktu yang sangat lama. Ia juga penting sebab aspek ekonomi adalah aspek utama dari kolonialisme.

Sebab itu, era pemerintahan Soekarno, selain masih terus dirongrong kekuatan kolonial, harus dipahami sebagai periode saat berbagai upaya sistematis dengan sadar dilakukan untuk mengoreksi warisan struktural yang ditinggalkan kolonialisme.

Tetapi justru pada titik itulah kekuatan kolonial, di tengah-tengah situasi perang dingin yang menyelimuti dunia ketika itu, berusaha keras menelikung Soekarno.

Artinya, berakhirnya era Soekarno tidak dapat dilihat semata-mata karena krisis ekonomi. Keterlibatan Amerika Serikat (AS), Dana Moneter Internasional (IMF), dan Bank Dunia dalam memicu krisis ekonomi Indonesia layak untuk dikaji secara seksama.

***

Logika serupa dapat pula diterapkan untuk memahami kejatuhan Soeharto. Sebagai antitesis dari pemerintahan Soekarno, pemerintahan Soeharto adalah pemerintahan kesayangan kolonial. Lebih-lebih selama era pemerintahan ini, para ekonom sahabat Amerika terus-menerus dipercaya untuk menakhodai penyelenggaraan perekonomian Indonesia.

Namun setelah 32 tahun, di tengah-tengah ketidakpuasan internal yang cenderung meluas, serta tuntutan liberalisasi perdagangan yang dilancarkan Organisasi Perdagangan Dunia (WTO), memelihara pemerintahan Soeharto mungkin terasa sudah terlalu mahal ongkosnya.

Dengan latar belakang seperti itu, melihat perkembangan demokrasi semata-mata dari sudut tingkat pendapatan per kapita jelas sangat menyederhanakan masalah.

Lebih dari itu, demokrasi dalam pengertian apakah yang dimaksud Boediono? Boediono memang berkali-kali menekankan demokrasi yang dikembangkan di Indonesia hendaknya tidak hanya demokrasi prosedural. Secara substansial ia harus didukung dengan mengembangkan kelas menengah yang mampu mempertahankan kelanggengan demokrasi.

Walaupun demikian, dari uraian panjang Boediono, sama sekali tidak jelas demokrasi jenis apa yang sedang dibahasnya. Ini penting saya tegaskan, sebab dalam pengertian para bapak pendiri bangsa, demokrasi yang hendak dikembangkan di negeri ini bukanlah demokrasi liberal.

Demokrasi yang hendak dikembangkan di sini, meminjam ungkapan Bung karno, ialah sosio-demokrasi, yaitu suatu bentuk demokrasi yang terdiri dari demokrasi politik dan demokrasi ekonomi sekaligus. Sebab itu, dalam ungkapan Bung Hatta, 'Jika di sebelah demokrasi politik tidak terdapat demokrasi ekonomi, rakyat belum merdeka.'

Boediono tampaknya sengaja mengabaikan amanat yang antara lain tercantum dalam Pasal Undang-Undang Dasar 1945 itu. Konsekuensinya, bagi saya, yang perlu dicari korelasinya bukanlah antara tingkat pendapatan per kapita dan demokrasi, melainkan antara demokrasi ekonomi dan demokrasi politik.

Berbagai studi yang diacu Boediono mengenai hubungan antara tingkat pendapatan per kapita dan demokrasi, saya kira lebih tepat dipahami sebagai preskripsi, yaitu untuk memuja pertumbuhan ekonomi dan melancarkan pelaksanaan agenda-agenda ekonomi neoliberal di negara-negara dunia ketiga.

Dari sudut pandang yang lain, sesungguhnya bukan krisis ekonomi yang menjadi batu sandungan demokrasi, melainkan tingkat demokratisasi ekonomi. Krisis ekonomi, selain bisa direkayasa kekuatan kolonial, hanya akan menjadi batu sandung demokrasi pada tingkat elite.

Pada tingkat rakyat banyak, justru demokrasi tanpa demokrasi ekonomilah yang menjadi sumber malapetaka. Mengapa? Sebagaimana dialami Indonesia saat ini, demokrasi tanpa demokrasi ekonomi ternyata tidak hanya melahirkan petualang-petualang politik. Ia menjadi dasar legitimasi bagi pelembagaan sistem ekonomi pasar neoliberal di negeri ini.

Sebab itu, jika dikaitkan dengan pertanyaan besar yang diajukan dijawab Boediono, mudah dimengerti bila ia dengan tegas menjawabnya dengan kata-kata, 'ya'. Saya, sesuai dengan perspektif yang saya gunakan di sini, tentu akan dengan tegas pula menjawabnya dengan kata-kata, 'tidak'.

Dengan mengemukakan hal itu sama sekali bukan maksud saya untuk menganjurkan agar Indonesia kembali mengisolasi diri, atau agar negeri ini kembali ke era pemerintahan otoriter. Yang ingin saya tegaskan ialah prioritas agenda perekonomian Indonesia ke depan bukanlah pertumbuhan ekonomi dengan embel-embel yang tersebar sekali pun. Melainkan, sesuai dengan cita-cita proklamasi dan amanat konstitusi, melakukan segala upaya untuk mewujudkan demokrasi ekonomi secepatnya.

Jika dilihat dari sudut pertumbuhan, terus terang saya lebih menekankan kualitas pertumbuhan daripada tinggi atau rendahnya angka pertumbuhan. Artinya, embel-embel yang tersebar saja jauh dari cukup untuk memahami kualitas pertumbuhan.

Pertumbuhan yang berkualitas harus dilihat baik pada segi proses, keberlanjutan, maupun implikasinya terhadap kemandirian ekonomi nasional. Pertumbuhan ekonomi yang tersebar, tidak akan bermanfaat jika bersifat teknokratis dan memperdalam cengkeraman neokolonialisme.

Sebagai penutup, ada baiknya saya kemukakan, walaupun saya dan Pak Bud (demikian saya biasanya menyapa beliau), sama-sama berasal dari Fakultas Ekonomi UGM, sudut pandang kami dalam melihat perekonomian Indonesia bertolak belakang 180 derajat.

Khusus mengenai substansi pidato yang disampaikannya, saya merasa agak kesulitan menemukan pribadi Boediono yang pada awal 1980-an pernah menjadi sahabat dekat Prof Mubyarto. Yang terasa menonjol dalam pidato tersebut ialah pribadi Boediono sebagai sahabat dekat William Liddle, yang menurut informasi yang saya peroleh, memang turut terlibat sebagai pembahas penulisan isi pidato itu. Akhirul kalam, saya ucapkan selamat kepada Pak Bud. Semoga perbedaan sudut pandang ini tidak mengganggu kehangatan persahabatan kita.***

Sumber : Prakarsa Rakyat