Tampilkan postingan dengan label ekonomidanpolitik. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label ekonomidanpolitik. Tampilkan semua postingan

Jumat, 15 Mei 2009

Prakarsa Rakyat : Jalan Neoliberal Pak Boed ( aku rindu pada Pak Muby )


Menjelang Pilpres 2009 yang akan berlangsung dibulan Juli nanti, ada seberkah harapan besar didalam hati ini untuk turut serta aktif mengemukakan pikiran dan pendapat tentang Calon Presiden dan Wakil Presiden yang bersaing....harapan saya untuk Presiden dan Wakil Presiden yang
terpilih nanti adalah yang memperjuangkan KEMANDIRIAN EKONOMI DAN MEMBANGUN EKONOMI KERAKYATAN...bukan EKONOMI LIBERAL yang mengedepankan Pemodal asing dan pemodal swasta yang padat modal.....tapi bagaimana caranya memberdayakan Ekonomi kerakyatan sesuai dengan amanat UUD 1945.

Berikut ini ada tulisan dari Pak Revrisond Baswir tentang Pak Boediono Cawapres dari Esbeye, mudah2an bisa mencerahkan kita semua agar tak salah dalam memilih....!!



Tangerang, 15 May 2009



*Oleh: Revrisond Baswir, Kepala Pusat Studi Ekonomi Kerakyatan UGM, Yogyakarta
PIDATO pengukuhan DR Boediono sebagai guru besar ekonomi di Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, menarik untuk dicermati. Peristiwa itu tidak hanya penting karena berkaitan dengan puncak karier seseorang sebagai staf pengajar perguruan tinggi.

Pada saat yang sama, sebagai seseorang yang sedang menjabat sebagai Menteri Koordinator Perekonomi, peristiwa itu juga penting karena mengungkapkan garis pemikiran Boediono dalam melaksanakan tugas pemerintahannya.

Pertanyaan besar yang dicoba dijawab Boediono dalam pidato pengukuhannya itu secara singkat berbunyi sebagai berikut, apakah kita sudah berada di jalan yang benar? Walaupun Boediono memiliki latar belakang sebagai ekonom, pertanyaan besar itu tidak ia ajukan hanya untuk menilai perjalanan perekonomian Indonesia.

Melainkan juga untuk menilai perjalanan perpolitikan Indonesia. Artinya, secara keseluruhan, pertanyaan besar yang dicoba dijawab Boediono ialah, apakah secara ekonomi dan politik Indonesia sudah berada di jalan yang benar?

Dalam menjawab pertanyaan besar itu, Boediono membagi isi pidatonya dengan mengupas tiga pokok bahasan. Pertama, mengenai sejarah perekonomian Indonesia. Kedua, mengenai hubungan antara tingkat pendapatan per kapita dengan demokrasi.

Dan ketiga, mengenai kebijakan ekonomi yang perlu menjadi prioritas Indonesia dalam beberapa tahun ke depan. Halaman yang dihabiskan Boediono untuk membahas ketiga pokok bahasan itu meliputi 28 halaman. Sedangkan referensi yang diacunya berjumlah 24 buah.

Semula saya agak terkesima dengan kepedulian Boediono terhadap sejarah perekonomian Indonesia. Lebih-lebih, dalam membahas sejarah perekonomian Indonesia, Boediono tidak hanya menelusurinya sejak akhir atau awal era pemerintahan Soeharto.

Ia menelusurinya jauh hingga ke era pemerintahan Soekarno. Walaupun demikian, setelah mengikuti ulasannya, saya merasa ada sesuatu yang hilang. Bagi Boediono, sejarah ternyata tidak lebih dari rangkaian peristiwa. Artinya, selain cenderung mengabaikan dinamika internasional ekonomi-politik Indonesia, Boediono juga cenderung mengabaikan aspek struktural yang melatarbelakangi dinamika sejarah.

Dengan kecenderungan seperti itu, mudah dimengerti bila Boediono cenderung sangat mudah melupakan era kolonial sebagai bagian integral dari sejarah perekonomian negeri ini.

Padahal, era kolonial ialah bagian teramat penting dari sejarah perekonomian Indonesia. Ia tidak hanya penting karena berlangsung dalam kurun waktu yang sangat lama. Ia juga penting sebab aspek ekonomi adalah aspek utama dari kolonialisme.

Sebab itu, era pemerintahan Soekarno, selain masih terus dirongrong kekuatan kolonial, harus dipahami sebagai periode saat berbagai upaya sistematis dengan sadar dilakukan untuk mengoreksi warisan struktural yang ditinggalkan kolonialisme.

Tetapi justru pada titik itulah kekuatan kolonial, di tengah-tengah situasi perang dingin yang menyelimuti dunia ketika itu, berusaha keras menelikung Soekarno.

Artinya, berakhirnya era Soekarno tidak dapat dilihat semata-mata karena krisis ekonomi. Keterlibatan Amerika Serikat (AS), Dana Moneter Internasional (IMF), dan Bank Dunia dalam memicu krisis ekonomi Indonesia layak untuk dikaji secara seksama.

***

Logika serupa dapat pula diterapkan untuk memahami kejatuhan Soeharto. Sebagai antitesis dari pemerintahan Soekarno, pemerintahan Soeharto adalah pemerintahan kesayangan kolonial. Lebih-lebih selama era pemerintahan ini, para ekonom sahabat Amerika terus-menerus dipercaya untuk menakhodai penyelenggaraan perekonomian Indonesia.

Namun setelah 32 tahun, di tengah-tengah ketidakpuasan internal yang cenderung meluas, serta tuntutan liberalisasi perdagangan yang dilancarkan Organisasi Perdagangan Dunia (WTO), memelihara pemerintahan Soeharto mungkin terasa sudah terlalu mahal ongkosnya.

Dengan latar belakang seperti itu, melihat perkembangan demokrasi semata-mata dari sudut tingkat pendapatan per kapita jelas sangat menyederhanakan masalah.

Lebih dari itu, demokrasi dalam pengertian apakah yang dimaksud Boediono? Boediono memang berkali-kali menekankan demokrasi yang dikembangkan di Indonesia hendaknya tidak hanya demokrasi prosedural. Secara substansial ia harus didukung dengan mengembangkan kelas menengah yang mampu mempertahankan kelanggengan demokrasi.

Walaupun demikian, dari uraian panjang Boediono, sama sekali tidak jelas demokrasi jenis apa yang sedang dibahasnya. Ini penting saya tegaskan, sebab dalam pengertian para bapak pendiri bangsa, demokrasi yang hendak dikembangkan di negeri ini bukanlah demokrasi liberal.

Demokrasi yang hendak dikembangkan di sini, meminjam ungkapan Bung karno, ialah sosio-demokrasi, yaitu suatu bentuk demokrasi yang terdiri dari demokrasi politik dan demokrasi ekonomi sekaligus. Sebab itu, dalam ungkapan Bung Hatta, 'Jika di sebelah demokrasi politik tidak terdapat demokrasi ekonomi, rakyat belum merdeka.'

Boediono tampaknya sengaja mengabaikan amanat yang antara lain tercantum dalam Pasal Undang-Undang Dasar 1945 itu. Konsekuensinya, bagi saya, yang perlu dicari korelasinya bukanlah antara tingkat pendapatan per kapita dan demokrasi, melainkan antara demokrasi ekonomi dan demokrasi politik.

Berbagai studi yang diacu Boediono mengenai hubungan antara tingkat pendapatan per kapita dan demokrasi, saya kira lebih tepat dipahami sebagai preskripsi, yaitu untuk memuja pertumbuhan ekonomi dan melancarkan pelaksanaan agenda-agenda ekonomi neoliberal di negara-negara dunia ketiga.

Dari sudut pandang yang lain, sesungguhnya bukan krisis ekonomi yang menjadi batu sandungan demokrasi, melainkan tingkat demokratisasi ekonomi. Krisis ekonomi, selain bisa direkayasa kekuatan kolonial, hanya akan menjadi batu sandung demokrasi pada tingkat elite.

Pada tingkat rakyat banyak, justru demokrasi tanpa demokrasi ekonomilah yang menjadi sumber malapetaka. Mengapa? Sebagaimana dialami Indonesia saat ini, demokrasi tanpa demokrasi ekonomi ternyata tidak hanya melahirkan petualang-petualang politik. Ia menjadi dasar legitimasi bagi pelembagaan sistem ekonomi pasar neoliberal di negeri ini.

Sebab itu, jika dikaitkan dengan pertanyaan besar yang diajukan dijawab Boediono, mudah dimengerti bila ia dengan tegas menjawabnya dengan kata-kata, 'ya'. Saya, sesuai dengan perspektif yang saya gunakan di sini, tentu akan dengan tegas pula menjawabnya dengan kata-kata, 'tidak'.

Dengan mengemukakan hal itu sama sekali bukan maksud saya untuk menganjurkan agar Indonesia kembali mengisolasi diri, atau agar negeri ini kembali ke era pemerintahan otoriter. Yang ingin saya tegaskan ialah prioritas agenda perekonomian Indonesia ke depan bukanlah pertumbuhan ekonomi dengan embel-embel yang tersebar sekali pun. Melainkan, sesuai dengan cita-cita proklamasi dan amanat konstitusi, melakukan segala upaya untuk mewujudkan demokrasi ekonomi secepatnya.

Jika dilihat dari sudut pertumbuhan, terus terang saya lebih menekankan kualitas pertumbuhan daripada tinggi atau rendahnya angka pertumbuhan. Artinya, embel-embel yang tersebar saja jauh dari cukup untuk memahami kualitas pertumbuhan.

Pertumbuhan yang berkualitas harus dilihat baik pada segi proses, keberlanjutan, maupun implikasinya terhadap kemandirian ekonomi nasional. Pertumbuhan ekonomi yang tersebar, tidak akan bermanfaat jika bersifat teknokratis dan memperdalam cengkeraman neokolonialisme.

Sebagai penutup, ada baiknya saya kemukakan, walaupun saya dan Pak Bud (demikian saya biasanya menyapa beliau), sama-sama berasal dari Fakultas Ekonomi UGM, sudut pandang kami dalam melihat perekonomian Indonesia bertolak belakang 180 derajat.

Khusus mengenai substansi pidato yang disampaikannya, saya merasa agak kesulitan menemukan pribadi Boediono yang pada awal 1980-an pernah menjadi sahabat dekat Prof Mubyarto. Yang terasa menonjol dalam pidato tersebut ialah pribadi Boediono sebagai sahabat dekat William Liddle, yang menurut informasi yang saya peroleh, memang turut terlibat sebagai pembahas penulisan isi pidato itu. Akhirul kalam, saya ucapkan selamat kepada Pak Bud. Semoga perbedaan sudut pandang ini tidak mengganggu kehangatan persahabatan kita.***

Sumber : Prakarsa Rakyat

Jumat, 05 Desember 2008

Indonesia: Negara Muslim yang Tidak Terkena Resesi



لسلام عليكم و رحمة الله و بركاته

Tulisan dibawah ini benar ngak sih, kelihatan bener menyanjung2 atau boleh dibilang menina bobokan bangsa kita, atau penulisnya memang sangat optimis dengan perkembangan Indonesia kedepan, secara nama sepertinya Penulis artikel ini orang asing ( Terry Lacey ), apa dia tahu nilai dolar sekarang sangat fluktuatif Rp 11.800 ( per hari ini ) bahkan pernah mencapai Rp 12.500, apa dia tahu ada banyak PHK massal, apa dia tahu komuditas pertanian terjun bebas dan begitu juga dengan komuditas tambang dan energi, serta besi dan baja....??? Kalau Pembandingnya dengan krissis Moneter tahun 1998 ya memang benar...benar sekali....!!

Tapi ada suatu hal yang positif dari tulisan ini, kalau orang luar saja melihat kondisi kita dengan sangat Optimis, apa kita ngak malu tentunya....?? mudah-mudahan memang benar demikian, bagaimana menurut anda....anda juga Optimis....??? atau Pesimis.....??? atau anda ingin menguji apakah anda seorang yang Pesimis atau Optimis.....????

Kita Sharing yuck....????


Tangerang,  5 Desember 2008.


Wasalam,




Gatra, 27 November 2008.
Setelah pemilihan Presiden Barack Obama, sepertinya sedikit demi sedikit akan ada pemulihan kepercayaan Amerika Serikat dalam sistem finansial dan perbankan. Amerika Serikat dan Eropa tidak bisa menghindar dari resesi, sedangkan di negara-negara berkembang hanya terjadi kemunduran. Krisis kepercayaan pada sistem finansial dan perbankan dunia Barat terjadi selama masa akan berakhirnya kepemimpinan Presiden Amerika Serikat yang paling tidak populer sepanjang masa. Kesalahan manajemen finansial dan kerangka peraturan kerja yang lemah telah menghancurkan ekonomi Amerika Serikat, membuat yang kaya semakin kaya dan yang miskin semakin miskin. Dua juta warga Amerika mungkin kehilangan tempat tinggal. Jutaan orang di Amerika dan Eropa akan kehilangan pekerjaan.

Namun warisan kehancuran kepresidenan Bush itu meninggalkan kesempatan besar yang terbuka untuk Indonesia, dunia muslim, dan negara-negara berkembang di Selatan lainnya. Indonesia dapat memegang peran kunci untuk membawa dunia muslim menuju pemulihan ekonomi dan membantu meminimalkan dampak resesi global.

Pertama, dengan menata ekonomi nasional untuk menopang pertumbuhan, permintaan, impor, dan ekspor. Angka produk nasional bruto untuk tahun 2009 diperkirakan sebesar US$ 547 milyar, yang menempatkan Indonesia di jajaran 20 besar ekonomi dunia.

Indonesia baru-baru ini menyusul Belgia dan Swedia, dan segera menyusul Turki, Belanda, serta Austria. Populasi dan sumber daya yang besar ikut andil dalam hal ini. Indonesia adalah kandidat kuat yang akan bergabung dalam jajaran 10 besar ekonomi dunia dalam dua dekade ke depan.

Kedua, dengan menggerakkan investasi untuk minyak, gas, proyek-proyek energi, biofuel, infrastruktur (jalan, rel kereta, pelabuhan), sektor manufaktur, dan retail. Hal ini membutuhkan dana lebih dari US$ 40 milyar untuk listrik saja, untuk membiayai tambahan tenaga 40.000 MW pada 2025. Indonesia akan memanfaatkan tenga nuklir dan membangun empat pembangkit listrik. Total investasi asing yang dibutuhkan selama 15 tahun ke depan melebihi US$ 100 milyar. Investasi masih datang dari Amerika Serikat dan Eropa (termasuk Eropa Timur). Tapi yang terus mengalami peningkatan adalah dari BRIC (Brasil, Rusia, India, dan Cina). Juga dari negara-negara APEC, seperti Kanada, Jepang, Korea, Taiwan, dan dari negara-negara anggota ASEAN (Brunei, Malaysia, Filipina, Singapura, Thailand). Investasi dalam jumlah besar datang pula dari negara-negara Teluk, Arab Saudi, Israel, dan Afrika. Ketiga, Indonesia dapat memimpin ekonomi muslim dengan memanfaatkan ekonominya dalam jumlah besar dan pengaruhnya sebagai anggota U.N. Security Council untuk bergabung dengan Brasil, Rusia, India, Cina, dan negara-negara di Selatan. Yakni untuk membawa perubahan kebijakan dan keseimbangan kekuatan dalam organisasi dunia yang berhubungan dengan perdagangan, pembiayaan, dan pengembangan, khususnya Bank Dunia, Dana Moneter Internasional (IMF), dan Organisasi Perdagangan Dunia (WTO).

Indonesia memiliki reservasi utama tentang IMF, menyusul pengalamannya pada 1998. Menteri Keuangan Jerman, Peer Steinbrueck, berkata bahwa dunia seharusnya tidak tergelincir ke dalam penciptaan pemerintah ekonomi dunia bayangan yang dijalankan dewan di dalam IMF. Indonesia juga lelah selalu tertahan dalam bayang-bayang WTO. Asia dan negara-negara Selatan menginginkan kerja sama yang baru. Negara-negara muslim secara bersama-sama menghadirkan sumber daya modal penting yang terus meningkat, sementara likuiditas Barat sebagian sudah mengering. Ekonomi muslim menghadirkan sumber daya investasi dan tujuan investasi itu. Gabungan ekonomi muslim dapat mewakili permintaan yang signifikan untuk barang-barang dan pelayanan jasa dunia Barat yang secara relatif tidak terpengaruh oleh resesi di dunia Barat.

Indonesia masih bisa memanfaatkan kredit ekspor, sukuk, pembiayaan Islam, dan sumber daya finansial non-tradisional lainnya, misalnya dana lingkungan dan kredit karbon. Walaupun ada penurunan global, Indonesia masih bisa bertahan dalam beberapa pembiayaan bank.

Pinjaman Excelcomindo sebesar US$ 140 juta untuk ekspansi telekomunikasi baru-baru ini telah diumumkan. Perusahaan penerbangan Lion Air membeli 12 pesawat Boeing 737, walaupun kontribusi tunai lokal yang dibutuhkan dalam empat tahun terakhir naik 30%. Lion Air akan menggunakan modalnya sendiri untuk melakukan perluasan. St. Miguel Corp Filipina bersaing dengan sebuah konsorsium yang dipimpin Amerika Serikat untuk meraih US$ 1,3 milyar kerja sama penyediaan batu bara, untuk membeli PT Bumi Resources dari Bakrie Brothers. Ada investasi di sini dan investasi akan masuk ke Indonesia.

Standard and Poors mencoba menstabilkan rating kredit Indonesia, dan bahkan rating itu mungkin akan meningkat. Singapura dapat tergelincir ke dalam resesi, tapi Indonesia tidak akan mengalaminya. Alasannya, manajemen ekonomi dan keuangan Indonesia lebih baik.

Indonesia berada dalam posisi penting sebagai negara muslim terbesar di dunia, dengan populasi 230 juta orang dan luas area 1,9 juta kilometer persegi. Produk domestik bruto Indonesia sebesar US$ 843,7 milyar dalam periode jual-beli tenaga listrik dan US$ 432,9 milyar dalam periode nilai tukar resmi tahun 2007. Indonesia memiliki investasi asing tetap sebesar US$ 57,6 milyar dan memegang investasi di negara-negara lain sebesar US$ 9 milyar. Indonesia punya lebih dari 3.500 milyuner, yang masing-masing memiliki US$ 100 juta lebih, yang 70% di antaranya tinggal di Jakarta.

Baru-baru ini, pertumbuhan ekonomi Indonesia adalah 6,5% dan dikhawatirkan jatuh di bawah 6% pada 2009 karena adanya pengurangan ekspor. Pemerintah akan menstimulasi pertumbuhan menggunakan anggaran nasional yang mencapai US$ 100 milyar pada 2008. Pemerintah Indonesia yakin akan mempertahankan pertumbuhan sebesar 6%. Bank Dunia telah menyisihkan pinjaman cadangan sebesar US$ 2 milyar untuk tahun 2009, yang hanya akan dikucurkan jika pertumbuhan jatuh di bawah 5,8%.

Pada 2007, ekspor Indonesia adalah sebesar US$ 118 milyar, impor US$ 86 milyar, surplus perdagangan US$ 32 milyar, dan cadangan devisa asing sampai November 2008 sebesar US$ 50 milyar.

Indonesia telah kehilangan beberapa pekerjaan di sektor tekstil. Beberapa ekspor ke Amerika Serikat dan Eropa jatuh pada kuartal keempat. Bursa saham, obligasi pemerintah, dan nilai tukar nasional juga jatuh pada minggu pertama Oktober lalu.

Pemerintah meluncurkan program pengamanan buy back yang dipelopori BUMN dan mempertahankan rupiah dengan campur tangan di pasar nilai tukar via Bank Indonesia (BI). Pemerintah juga mengambil langkah untuk meningkatkan likuiditas serta fokus mengontrol inflasi dan mempertahankan pertumbuhan ekonomi.

Pemerintah menaikkan jaminan deposit pribadi sampai Rp 2 milyar (US$ 190.000), yang mencakup 100% deposit untuk lebih dari 99,7% dari 81 juta rekening bank. Bank-bank di Indonesia masih dalam posisi yang kuat dengan cadangan yang cukup, pinjaman non-performing yang rendah, dan nyaris tanpa pembeberan pada kerugian subprimer. Hanya sebagian kecil investor yang kehilangan uang pembelian instrumen yang berkaitan dengan Lehman via bank internasional.

Nilai inflasi Indonesia menurun dari 12% menjadi sekitar 9% pada Januari, dengan reduksi yang direncanakan antara 9% dan 7% sepanjang tahun 2009. Suku bunga bank telah distabilkan pada angka 9,5% setelah enam bulan berturut-turut naik. Hal ini akan dipertahankan sementara dan kemudian dikurangi menjadi 7,5% pada 2009.

Obligasi Indonesia telah pulih dari gejolak yang tajam baru-baru ini. Bursa saham pun sudah stabil. Ekonom lokal menyatakan bahwa bursa saham yang sebelumnya mengalami over-value akan kembali normal sejalan dengan siklus perdagangan lokal.

Pemerintah sekarang fokus untuk mengolah dana sebesar US$ 115 milyar dari anggaran nasional tahun 2009, naik dari US$ 100 milyar pada 2008. Hal ini dilakukan untuk mendorong pembangunan proyek dan secara keseluruhan dibelanjakan untuk membantu memenuhi permintaan lokal karena adanya penurunan ekspor, dengan harapan menjaga pertumbuhan ekonomi 5,5% hingga 6% pada 2009.

Di samping keruntuhan bank Indover Cabang Pembantu Bank Indonesia di Belanda, tidak ada kebangkrutan yang lebih parah. Menteri Keuangan Indonesia, Sri Mulyani Indrawati, dan Gubernur BI yang baru, Boediono, telah mengambil tindakan untuk mengatasi kesalahan manajemen sebelumnya.

Berbeda dari cara penanganan bankir-bankir keuangan yang gagal di negara Barat, yang tidak bijaksana dan mengambil risiko yang mungkin saja ilegal, Pemerintah Indonesia mengatur cara kerja Komisi Pemberantasan Korupsi dan pengadilan antikorupsi untuk melawan bankir-bankir serta anggota parlemen yang melakukan korupsi dan menerima suap.

Pemerintah Indonesia juga menyatakan akan memburu orang-orang yang menyalahgunakan namanya dan menyebabkan hancurnya Bank Indover Belanda. Pemerintah Indonesia bermaksud pula mengusut dugaan praktek perdagangan singkat dan kecurangan di pasar modal.

Indonesia kehilangan waktu 10 tahun akibat kehancuran perbankan pada 1998, ketika menyerahkan nasibnya kepada IMF, yang gagal memahami kekuatan lokal dan membesar-besarkan kelemahan lokal. Sebuah foto historis memperlihatkan Soeharto duduk di meja kerjanya, menandatangani surat kuasa kematian politiknya. Perwakilan IMF berdiri di depannya, sedangkan dia menandatangani perjanjian IMF.

Banyak hal telah berubah di antara kehancuran perbankan Asia pada 1998 dan kehancuran Wall Street pada 2008. Kekuatan keseimbangan ekonomi di dunia berubah, keseimbangan kekuatan global bergeser ke Selatan dan Timur. Perdana Menteri Inggris, Gordon Brown, mengetahui hal itu ketika mengimbau negara-negara Teluk dan G-20 untuk membantu menstabilkan ekonomi dunia.

Pada kehancuran bank tahun 1998, Indonesia tidak memiliki kebebasan dan pilihan. Kini, tahun 2008, Indonesia memiliki kebebasan dan lebih kuat serta dapat memilih jalannya sendiri. Semoga kekuatan dan tekad yang kuat dapat memberi inspirasi kepada negara-negara muslim dan negara-negara Selatan untuk tidak panik menghadapi resesi di dunia Barat, melainkan bekerja sama untuk menghindari penyebaran resesi ke Selatan serta membangun dan menguatkan sebuah tatanan baru ekonomi dunia.

Terry Lacey Ekonom, berdomisili di Jakarta
[Kolom, Gatra Nomor 3 Beredar Kamis, 27 November 2008]


Sumber : Majalah Gatra




Bank Indonesia Mencabut dan Menarik 4 (empat) Pecahan Uang Kertas dari Peredaran



لسلام عليكم و رحمة الله و بركاته

Dear Teman-teman MPer, sekedar infomasi as subject above, mudah-mudahan info ini berguna buat kita semua, salam cuci tabungan yang masih ada dibawah bantal atau Celengan.....!!!

Sumber Data : Biro Hubungan Masyarakat
Tanggal         : 26 November 2008
Contact         :
Biro Humas, Telp : (62-21) 381-7187 Fax : (62-21) 350-1867, E-mail : humasbi@bi.go.id
Lampiran       : Lihat gambar dibawah



No. 10/ 61 /PSHM/Humas
Bank Indonesia terhitung mulai tanggal 31 Desember 2008, melalui Peraturan Bank Indonesia (PBI) No. 10/33/PBI/2008 secara resmi mencabut dan menarik 4 (empat) pecahan uang kertas dari peredaran. Pecahan uang kertas yang dicabut dan ditarik adalah sebagai berikut:
  1. Rp10.000 Tahun Emisi (TE) 1998 (Gambar Muka: Pahlawan Nasional Cut Nyak Dhien),
  2. Rp20.000 Tahun Emisi (TE) 1998 (Gambar Muka: Pahlawan Nasional Ki Hajar Dewantara),
  3. Rp50.000 Tahun Emisi (TE) 1999 (Gambar Muka: Pahlawan Nasional WR. Soepratman), dan
  4. Rp100.000 Tahun Emisi (TE) 1999 (Gambar Muka: Pahlawan Proklamator Dr.Ir.Soekarno dan Dr. H. Mohammad Hatta, berbahan polymer).
“Bank Indonesia secara rutin melakukan pencabutan dan penarikan uang rupiah. Hal tersebut dilakukan dengan pertimbangan antara lain masa edar yang cukup lama dan perkembangan teknologi unsur pengaman (security features) pada uang”, demikian disampaikan S. Budi Rochadi, Deputi Gubernur bidang Pengedaran Uang.
Dengan pencabutan dan penarikan uang rupiah dari peredaran maka terhitung mulai tanggal 31 Desember 2008, empat pecahan uang tersebut tidak berlaku lagi sebagai alat pembayaran yang sah (legal tender).
Namun demikian, bagi masyarakat yang masih memegang uang pecahan-pecahan tersebut dapat melakukan penukaran dengan uang rupiah pecahan yang sama atau pecahan lainnya yang masih berlaku di kantor-kantor Bank Indonesia atau bank umum terdekat.  Batas waktu penukaran empat uang pecahan tersebut di bank umum adalah sampai dengan tanggal 30 Desember 2013 atau 5 (lima) tahun sejak pencabutan dan penarikan uang tersebut. Sementara itu, batas waktu penukaran di Bank Indonesia adalah sampai dengan tanggal 30 Desember 2018 atau selama 10 (sepuluh) tahun sejak tanggal pencabutan. Hak untuk menuntut penukaran empat pecahan uang rupiah yang dicabut dan ditarik tersebut tidak berlaku lagi setelah 10 (sepuluh) tahun terhitung tanggal 31 Desember 2018. 
Jakarta, 26 November 2008
BIRO HUBUNGAN MASYARAKAT

Filianingsih Hendarta
Kepala Biro

Sumber Woro-woro : Siaran Pers Bank Indonesia


Gambar ingin diperjelas silahkan : Click



Tangerang, 4 Desember 2008


Wasalam,


Senin, 13 Oktober 2008

Makna dari sebuah keruwetan Ekonomi Dunia

لسلام عليكم و رحمة الله و بركاته

Ini adalah tulisan kelanjutan  dari Dahlan Iskan Pimpinan Jawa Pos, dimana tulisan pertamanya dimuat tanggal 28 September  : Klick
yang mendapat banyak tanggapan dari berbagai media dan 6 Oktober : Klick

Tulisan-tulisan dari Bpk Dahlan Iskan, sangat mudah dicerana oleh kita semua, khususnya saya yang pemahaman ekonomi yang rada pas-pasan, saya posting di media ini dengan harapan sebagai catatan kaki di blog ini dan sebagai media sharing untuk kita berdiskusi dan saling mengomentari mengenai makna dari beberapa tulisannya.

Mudah-mudahan kita lebih arif dalam bertindak dan tidak memancing diair keruh, sehingga peristiwa krismon 10 tahun yang lalu tidak berulang.


******==******


Sebuah Kuburan Keruwetan
[ Jum'at, 10 Oktober 2008 ]

Di kuburan besar itu tidak ada penjelasan siapa yang dimakamkan ramai-ramai di situ. Di tiap batu nisannya hanya tertulis kata-kata begini: penyebab kematiannya adalah keruwetan. Oh, tidak sulit menebak kuburan siapa gerangan itu: Lehman Brothers dan kawan-kawan! Dan, keruwetan yang menyebabkan tewasnya berbagai perusahaan terbesar di dunia itu adalah sebuah urusan yang, menurut Warren Buffett, bernama "racun derivatif".

Racun itu terbuat dari ramuan "kecerdasan, gairah, dan kerakusan". Unsur-unsur dalam ramuan itu, misalnya, commercial papers, mortgage-backed securities, short selling, hedging, over the counter, credit default swaps, equity swaps, interest swaps, margin trading, futures, forward, option, dan banyak lagi. Kalau toh bisa diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia, arti dari tiap-tiap istilah keuangan itu tetap saja ruwet. Seruwet memahami definisi dan peraturannya.

Gampangnya: semua itu adalah anak-cucu dari sistem perbankan yang merasa tidak cukup lagi kalau hanya mendapat keuntungan dari menerima tabungan dan memberi pinjaman. Harus diciptakan produk-produk perbankan yang baru. Itulah derivatif. Yang menciptakannya harus cerdas, bergairah, dan rakus. Yang menjalankannya harus bergairah, rakus, dan cerdas. Yang memilikinya tidak harus cerdas, tapi tetap harus rakus dan bergairah.

Saya punya teman pengusaha besar yang asalnya sangat miskin. Dia lima bersaudara. Saudara tertua kerja mati-matian membanting tulang secara fisik. Sampai harus bertani dan kemudian berkebun sendiri. Lama-lama si sulung itu menjadi pengusaha besar hasil bumi. Dia tidak ingin adiknya tidak sekolah tinggi seperti dirinya. Karena itu, adiknya yang terkecil disekolahkan ke Amerika. Sekolah keuangan. Maksudnya, agar perusahaan keluarga yang dikelola secara tradisional itu kelak bisa jadi perusahaan modern.

Si bungsu sekolah dengan tekun dan jadi ahli keuangan. Ketika pulang, dia merasa perusahaan yang dirintis kakaknya itu harus dibuat modern. Sistem keuangannya harus secanggih di AS, terutama struktur pendanaannya. Si sulung merasa bodoh dan karena itu menyerahkan saja semuanya kepada si bungsu. Terjadilah krismon. Struktur keuangannya ternyata rapuh. Perusahaan itu mengalami kesulitan yang luar biasa. "Pak Dahlan, gara-gara adik, sekarang saya harus kembali bertani lagi," katanya saat krismon masih berlangsung. Syukurlah kini dia sudah jaya kembali.

Sistem keuangan modern memang luar biasa variasinya. Apalagi mendapat dukungan sistem komputer. Perdagangan derivatif kian lama kian membesar. Tentu semuanya di atas kertas, atau di layar komputer. Meski namanya jual-beli, yang berpindah tangan bukan barang atau uang, melainkan angka-angka. Bertukarnya juga sangat kilat. Antarnegara sekalipun bisa secepat kilat. Kalau menanam tebu memerlukan 16 bulan, menanam derivatif hanya dalam hitungan detik.

Enam tahun lalu, Warren Buffett, sudah mengingatkan secara terbuka bahaya perdagangan derivatif ini. "Derivatif adalah senjata pemusnah masal keuangan," katanya. Waktu itu istilah senjata pemusnah masal lagi top-topnya sebagai alasan Presiden Bush untuk menyerang Iraq dan menangkap Saddam Hussein. "Saya tidak tahu kapan meledak, tapi suatu hari kelak pasti meledak," tambahnya.

Derivatif ternyata meledak sekarang.

Warren Buffett adalah orang terkaya di dunia saat ini, mengalahkan Bill Gate. Dialah chairman Berkshire Hathaway yang memiliki bisnis ritel terbesar di dunia: Wal-mart. Dia punya pengalaman pahit membeli perusahaan yang rupanya sudah digelembungkan melalui berbagai perdagangan derivatif. Mau dia jual lagi tidak laku. Maka dia harus membersihkan "lemak dan kolesterol" dari perusahaan itu selama lima tahun dengan kerugian yang sangat besar. Dari situ dia menyimpulkan bahwa derivatif pasti akan meledak jadi bom keuangan. Bahkan, dalam lima tahun setelah dia ucapkan, bom itu sudah lima kali lipat besarnya.

Subprime (mortgage) ternyata hanya satu bagian kecil dari penyebab kekacauan keuangan sekarang ini. Volume uang yang terkait dengan derivatif ini jauh lebih besar daripada perkiraan semula yang hanya USD 15 triliun. (Dalam rupiah harus ditulis begini: Rp 141.000.000.000.000.000, dengan asumsi kurs Rp 9.400 per dolar AS). Bisa jadi transaksi derivatif ini mencapai USD 516 triliun. Angka ini dikeluarkan oleh "ketuanya" bank-bank sentral seluruh dunia yang disebut Bank of International Settlement (BIS) yang berpusat di Basel, Swiss.

Begitu besar dan ruwetnya, sampai-sampai menurut Buffett, pemerintah mana pun, termasuk USA, tidak bisa lagi mengontrol perdagangan derivatif itu. "Bahkan, hanya untuk memonitor pun sudah tidak mampu," katanya.

Derivatif ini sebenarnya sudah sulit dibedakan dengan perjudian. Dalam perdagangan saham murni, meski ada unsur spekulasinya, masih bisa dianalisis. Tapi, dalam perdagangan derivatif yang bisa menganalisis hanya para pelaku sistem itu. Pemilik uang sulit memahaminya.

Saya punya teman baik yang juga penggemar Formula One. Sukanya keliling dunia. Dan memotret. Dia pernah bekerja keras selama 20 tahun untuk mengumpulkan uang sampai Rp 40 miliar. Uang itu dipercayakan kepada satu bank di Singapura untuk diputar. Masuklah ke mesin derivatif. Dalam hitungan detik, uang itu amblas. Di meja judi pun tidak akan secepat itu!

"Saya ini kebalikan dari Anda," katanya menghibur diri. "Kalau Anda, sakit hati dulu lalu mengeluarkan uang. Kalau saya, mengeluarkan uang dulu, lalu sakit hati," katanya.

Tidak sedikit orang atau perusahaan yang punya jalan hidup seperti itu.

Memang tidak gampang memahami rumus derivatif ini. Saya biasanya menghindar saja, daripada pusing. Kelihatannya memang ndeso, bodoh, dan tidak modern, tapi saya memang benar-benar sulit memahami rumusnya.

Bahkan, rumus itu ternyata memang tidak pernah ada. Kesalahan pokok sistem derivatif adalah tidak adanya kepastian apakah harga saham, uang, bunga, margin, aset, dan seterusnya itu bisa diperkirakan untuk jangka 3 atau 5 atau 10 tahun. Bahkan, tidak bisa diketahui apakah pasarnya itu memang ada. Artinya, kalau satu saham yang dibeli itu kini harganya Rp 1 juta, lalu diperkirakan 5 tahun lagi menjadi Rp 10 juta, maka pertanyaannya adalah: apakah benar lima tahun kemudian jadi Rp 10 juta? Kalau toh "ya", apakah ada pembelinya?

Karena kepastian itu memang tidak ada, digunakanlah berbagai asumsi. Sekian banyak asumsi lantas dijadikan satu menjadi "model". Variasi dari gabungan asumsi itu melahirkan berbagai model. Belakangan jadilah "model' itu seperti fakta kebenaran. Yang semula hanya "model" lantas seperti "pasar yang sesungguhnya".

Akibatnya, sebelum transaksi, selalu angka-angkanya dimasukkan begitu saja ke dalam model di komputer. Komputer yang akan menganalisis. Lalu keluarlah angka-angka akhir: berapa harga saham atau uang itu lima tahun ke depan. Nilai itulah yang kemudian dianggap sebagai kekayaan riil saat ini. Termasuk bisa menjualnya atau menjaminkannya untuk pinjam uang. Jaminan itu lantas dijaminkan lagi, dijaminkan lagi, dijaminkan lagi.... Jadilah, pasar derivatif menjadi sebesar USD 516 triliun.

Betapa besarnya angka itu bisa dilihat dari data BIS berikut ini. Nilai saham dan bond (surat utang atau obligasi) di seluruh dunia hanyalah USD 100 triliun. Total nilai realestat di seluruh dunia (yang di pasar modal) adalah USD 75 triliun. GDP Amerika adalah USD 15 triliun.

Jadi, jangan diingat-ingat tulisan ini. Pertama, meski sudah disederhanakan penulisannya, tetap saja ruwet. Kedua, daripada takut sendiri. (*)



Sumber : Klick


Sabtu, 24 Mei 2008

Sebuah Tinjauan Mengenai Bahan Bakar Minyak


Rating:★★★★
Category:Other
لسلام عليكم و رحمة الله و بركاته


Akhirnya pengumuman kenaikan harga BBM jadi juga direlease oleh pemerintah dimana kenaikan harga tersebut rata-rata 28,7% yang meliputi kenaikan BBM menjadi Premium Rp 6000, Solar Rp 5500 dan Minyak Tanah Rp 2500, sedangkan untuk Pertamax dan Pertamax plus serta BBM Industri memang sudah tidak disubsidi lagi oleh Pemerintah.

Kenaikan ini menurut para pakar dan menteri ekonomi adalah sesuatu yang sukar dihindarkan, karena bila tidak dilakukan makan Negara ini akan bangkrut karena biaya yang tadinya untuk membangun bangsa ini digunakan untuk mensubsidi dan membiayai untuk pembelian bahan bakar bagi mereka yang berpunya, jadi menurut mereka subsidi BBM hanya untuk memsubsidi orang-orang kaya dan tidak tepat sasaran.

Sekali lagi menurut pemerintah, kalau kenaikan BBM dilakukan maka pemerintah akan menghemat biaya sebesar 126,8 Trilyun atau sebesar 15% dari total belanja Negara, dan sebagai bentuk kompensasi kenaikan harga BBM, pemerintah akan memberikan dana bantuan pendidikan bagi PNS golongan I dan II, tenaga honorer, dan tamtama TNI/Polri. ''Besarnya Rp 150 ribu yang akan dibayarkan pada Juni.

Selain dari itu Pemerintah juga akan menjalankan program Bantuan langsung Tunai ( BLT ) terhadap rakyat miskin yang tadinya 3 bulan sekali menjadi 1 bulan sekali sebasar Rp 100.000. dan total biaya yang dikeluarkan untuk BLT ini sebesar lebih kurang Rp 14 Trilyun.

Pemerintah juga akan mengadakan pasar murah untuk lima juta kepala keluarga, khusus untuk buruh dan masyarakat baik di pedesaan dan di kota. Pasar murah akan menjual paket murah kebutuhan pokok seharga Rp 50.000 yang dananya diambil dari keuntungan seluruh Badan Usaha Milik Negara dengan total dana Rp 1,2 triliun.

Tapi dengan iming2 pengalihan subsidi untuk rakyat kurang mampu tersebut, ada efek yang sudah pasti didepan mata dimana dengan naiknya harga BBM maka semua yang menggunakan transportasi baik itu darat, laut ataupun udara akan terkena imbasnya, imbasnya ya Efek Domino semua kebutuhan akan barang dan jasa yang berupa Sembako, ataupun ongkos transportasi akan mengalami kenaikan.
Nah, dengan demikian akan mengurangi daya beli masyarakat pada umumnya….kalau daya belinya menurun adakah kenaikan berupa gaji baik itu pegawai Negeri atau Swasta…??? Kita Lihat saja nanti apakah Pengusaha atau pemerintah mau mengkaji dan mereposisi pengeluaran untuk labor cost…..mudah-mudahan saja tentunya…..!!!

Harga minyak dunia yang tinggi sekarang ini, memang bukan hanya dihadapi oleh Indonesia saja, tapi oleh semua Negara di dunia, akan tetapi yang terasa berat ya pemerintahan yang ngak punya uang tetapi menerapkan subsidi minyak bagi rakyatnya, untuk negara yang punya banyak uang sih no problem tentunya, seperti halnya Negara China. Nah untuk Negara yang tidak menerapkan subsidi tidak begitu mengalami beban yang berarti karena harga BBM di pasar domestik akan mengikuti pasar internasional, sedangkan kita kalau tidak dilakukan readjustment terhadap harga minyak maka beban pemerintah akan semakin tinggi dan disparitas harga akan memungkinkan untuk BBM itu diselundupkan keluar Negeri…nah kalau hal ini sampai terjadi kita bisa rugi dua kali…..iya memang perairan kita dijaga oleh TNI dan Polri tapi dengan luasnya kepulauan NKRI dan keterbatasan Peralatan yang ada serta moral dari Oknum2 yang tidak bertanggung jawab, maka akan sangat-sangat besar BBM itu akan keluar dengan tanpa kendali.

Photobucket

Kalau ada pertanyaan mengenai kenapa Negara penghasil minyak kok kita mengimpor minyak dari luar…..??

Sebetulnya kondisi antara produksi dan konsumsi minyak di Indonesia saat ini tidak berimbang, karena konsumsi lebih besar yakni mencapai 1,3 juta barel perhari, sementara produksi baru 900 ribu barel, sehingga diperlukan penemuan baru ladang produksi. Dan juga sebetulnya potensi Migas di Indonesia masih cukup besar, sampai kini yang sudah diketahui sebesar 3,8 miliar barel minyak dan 17 triliun kubik gas yang diperkirakan berada di 200 wilayah eksplorasi.
Masalahnya kita tidak cukup banyak uang untuk mengeksploitasi kekayaan yang ada dibumi Indonesia ini, selain dari itu :

1. Karena lapangan di indonesia adalah lapangan yg sudah tua/ mature, memang ada metoda untuk meningkatkan produksi minyak dengan EOR ( Enhanced Oil Recovery ) seperti Steam Injection, Chemical injection (Polymer/ASP/Surfactant), Microbial, Miscible Injection (CO2) dan sebagainya , namun umumnya metode EOR ini memerlukan biaya investasi yang tinggi serta memerlukan biaya riset yang cukup mahal untuk menentukan design EOR yang sesuai dengan karakteristik lapangan minyak tersebut. Nah ditempat saya kebetulan sejak bulan januari lalu ada 8 Unit jack pump ( Pompa Angguk ) yang akan di install untuk menggenjot produksi minyak yang ada di Jabung Field.

2. Sedikitnya dana investasi yg masuk ke Indonesia untuk melakukan kegiatan eksplorasi guna menemukan cadangan minyak baru, hal ini disebabkan kemungkinan karena adanya tumpang tindih prosudural antara pusat dan daerah, juga karena biaya pembesan lahan yang cukup tinggi., selain dari itu kebanyakan cadangan minyak/gas diindonesia mengandung Sulfur yang cukup tinggi sehingga perlu treatment yang tinggi pula dan tentunya Investasi yang tinggi pula.

3. Banyaknya tenaga tenaga ahli nasional perminyakan yg bermigrasi ke luar negeri turut juga andil dalam penurunan produksi minyak di Indonesia, untuk hal yang satu ini tidak bisa dipungkiri bahwa tenaga2 terdidik dan berpengalaman sebagian besar hengkang keluar terutama ke Qatar, Malaysia , Nigeria, Abu Dhabi dst.

Nah, jadi dunia migas adalah dunia yang paling komplek, biaya investasi yang sangat besar itu meliputi penemuan cadangan gas, baru setelah itu di drilling itupun kalo ditemukan minyak didalamnya ada juga setelah didrilling ternyata bukan kandungan minyak yang ditemukan tetapi kandungan blerang atau sulfur yang cukup tinggi sehingga tidak produktif untuk dikembangkan sehingga ditutup kembali, nah kalau sudah begini biaya yang besar itu akan hilang begitu saja, Betul ngak….????

Photobucket Photobucket

Pengembangan Energi Alternatif memang merupakan hal yang mendesak dan bukan hanya sekedar slogan dari pemerintah, tetapi harus segera dikembangkan dan diproduksi, melalui kakayaan alam hayati yang kita punya.
Caranya ya dikelurkan insetive yang sebesar2nya bagi pengusaha local untuk melakukan pengembangan dan penelitian yang intensif sehingga diperoleh bahan bakar baik yang berupa Biofuel ataupun bioetanol dan sebagainya.

Itu disisi Produksi, sedang untuk disisi pengguna atau pemakai pemerintah harus mengeluarkan peraturan bagi ATPM produsen kendaraan bermotor untuk memproduksi kendaraan yang hemat bahan bakar dan kendaraan yang diproduksi bisa menggunakan bahan bakar alternative tersebut, sehingga keduanya akan berjalan selaras dan seimbang.

Terakhir saya hanya bisa memberikan kondisi yang real bahwa keputusan pemerintah untuk menaikkan harga minyak adalah keputusan yang memeng sangat sulit, kalau tidak ya ngak bakalan mau Pemerintahan SBY menaikkan harga BBM karena akan berefek buruk atau bercitra negative terhadap pemerintahannya, dimana tahun 2009 adalah saatnya untuk Pemilu….dan kalau Pemerintahan SBY menginginkan kembali untuk memegang tampuk Pemerintahan yang diamanatkan kepadanya maka SBY akan memilih untuk tidak menaikkan harga BBM……tetapi sebaliknya khan….???

Kondisi Demo dari masyarakat dan Adik2 Mahasiswa yang ada sekarang ini adalah baigian dari manuver Politik tahun 2009, bagi mereka yang mengerti dan memahami betul kondisi yang ada akan menyadari dan dengan berat hati menerima keputusan ini, Nah sekarang terserah kepada anda…….???

Kalau mengenai BLT kepada rakyat yang Miskin, bagi saya ngak masalah…lah pemerintah mau meberi uang kepada rakyatnya kok ngak boleh sih…..??? yang ada di media itu juga bagian dari maneuver politik tahun 2009, coba Tanya kepada rakyat miskin yang menerima bantuan tersebut…Wuah besar sekali manfaatnya, saya yakin itu….!!! Orang susah dikasih duit, saya tidak bisa bayangkan betapa bahagianya mereka…!! Kalau ada penyimpangan kenapa ngak dilaporkan saja ke aparat yang berwenang…??? Jangan sumbernya ditutup donk….tapi masalah penyimpangan itu yang dieleminir…..ach politik-politk….dunia yang kadang terlihat abu2......????

Ya, tulisan ini mungkin tidak ada apa-apanya bila dibandingkan dengan tulisan para pakar Migas, Ekonom atau Praktisi. Namun harapan saya tulisan yang dicomot dari sana-sini ini dapat memberikan pencerahan bagi saya khususnya sebagai bahan intisari mengenai pemahaman saya terhadap permasalahan yang ada disekitar saya, selain dari itu saya ingin agar tulisan ini bisa dipahami oleh semua anak bangsa yang kebetulan hadir di site/blog saya ini……tujuannya hanya satu ingin berbagi informasi mengenai BBM sejauh sepengetahuan yang saya miliki…….Hidup ini indah dan berbagi akan lebih bermakana bila kita semua dapat melakukannya…….!!!!





Sumber :
1. Milist Migas Indonesia
2. Situs ESDM
3. Situs2 resmi internet ( Republika, Kompas, detikcom, antara dsb )


Mudah-mudahan tulisan ini bermanfaat, dan jangan mau diprovokasi…..!!!!



Tangerang, 24 May 2008


Wasalam,