Jumat, 05 Desember 2008

Indonesia: Negara Muslim yang Tidak Terkena Resesi



لسلام عليكم و رحمة الله و بركاته

Tulisan dibawah ini benar ngak sih, kelihatan bener menyanjung2 atau boleh dibilang menina bobokan bangsa kita, atau penulisnya memang sangat optimis dengan perkembangan Indonesia kedepan, secara nama sepertinya Penulis artikel ini orang asing ( Terry Lacey ), apa dia tahu nilai dolar sekarang sangat fluktuatif Rp 11.800 ( per hari ini ) bahkan pernah mencapai Rp 12.500, apa dia tahu ada banyak PHK massal, apa dia tahu komuditas pertanian terjun bebas dan begitu juga dengan komuditas tambang dan energi, serta besi dan baja....??? Kalau Pembandingnya dengan krissis Moneter tahun 1998 ya memang benar...benar sekali....!!

Tapi ada suatu hal yang positif dari tulisan ini, kalau orang luar saja melihat kondisi kita dengan sangat Optimis, apa kita ngak malu tentunya....?? mudah-mudahan memang benar demikian, bagaimana menurut anda....anda juga Optimis....??? atau Pesimis.....??? atau anda ingin menguji apakah anda seorang yang Pesimis atau Optimis.....????

Kita Sharing yuck....????


Tangerang,  5 Desember 2008.


Wasalam,




Gatra, 27 November 2008.
Setelah pemilihan Presiden Barack Obama, sepertinya sedikit demi sedikit akan ada pemulihan kepercayaan Amerika Serikat dalam sistem finansial dan perbankan. Amerika Serikat dan Eropa tidak bisa menghindar dari resesi, sedangkan di negara-negara berkembang hanya terjadi kemunduran. Krisis kepercayaan pada sistem finansial dan perbankan dunia Barat terjadi selama masa akan berakhirnya kepemimpinan Presiden Amerika Serikat yang paling tidak populer sepanjang masa. Kesalahan manajemen finansial dan kerangka peraturan kerja yang lemah telah menghancurkan ekonomi Amerika Serikat, membuat yang kaya semakin kaya dan yang miskin semakin miskin. Dua juta warga Amerika mungkin kehilangan tempat tinggal. Jutaan orang di Amerika dan Eropa akan kehilangan pekerjaan.

Namun warisan kehancuran kepresidenan Bush itu meninggalkan kesempatan besar yang terbuka untuk Indonesia, dunia muslim, dan negara-negara berkembang di Selatan lainnya. Indonesia dapat memegang peran kunci untuk membawa dunia muslim menuju pemulihan ekonomi dan membantu meminimalkan dampak resesi global.

Pertama, dengan menata ekonomi nasional untuk menopang pertumbuhan, permintaan, impor, dan ekspor. Angka produk nasional bruto untuk tahun 2009 diperkirakan sebesar US$ 547 milyar, yang menempatkan Indonesia di jajaran 20 besar ekonomi dunia.

Indonesia baru-baru ini menyusul Belgia dan Swedia, dan segera menyusul Turki, Belanda, serta Austria. Populasi dan sumber daya yang besar ikut andil dalam hal ini. Indonesia adalah kandidat kuat yang akan bergabung dalam jajaran 10 besar ekonomi dunia dalam dua dekade ke depan.

Kedua, dengan menggerakkan investasi untuk minyak, gas, proyek-proyek energi, biofuel, infrastruktur (jalan, rel kereta, pelabuhan), sektor manufaktur, dan retail. Hal ini membutuhkan dana lebih dari US$ 40 milyar untuk listrik saja, untuk membiayai tambahan tenaga 40.000 MW pada 2025. Indonesia akan memanfaatkan tenga nuklir dan membangun empat pembangkit listrik. Total investasi asing yang dibutuhkan selama 15 tahun ke depan melebihi US$ 100 milyar. Investasi masih datang dari Amerika Serikat dan Eropa (termasuk Eropa Timur). Tapi yang terus mengalami peningkatan adalah dari BRIC (Brasil, Rusia, India, dan Cina). Juga dari negara-negara APEC, seperti Kanada, Jepang, Korea, Taiwan, dan dari negara-negara anggota ASEAN (Brunei, Malaysia, Filipina, Singapura, Thailand). Investasi dalam jumlah besar datang pula dari negara-negara Teluk, Arab Saudi, Israel, dan Afrika. Ketiga, Indonesia dapat memimpin ekonomi muslim dengan memanfaatkan ekonominya dalam jumlah besar dan pengaruhnya sebagai anggota U.N. Security Council untuk bergabung dengan Brasil, Rusia, India, Cina, dan negara-negara di Selatan. Yakni untuk membawa perubahan kebijakan dan keseimbangan kekuatan dalam organisasi dunia yang berhubungan dengan perdagangan, pembiayaan, dan pengembangan, khususnya Bank Dunia, Dana Moneter Internasional (IMF), dan Organisasi Perdagangan Dunia (WTO).

Indonesia memiliki reservasi utama tentang IMF, menyusul pengalamannya pada 1998. Menteri Keuangan Jerman, Peer Steinbrueck, berkata bahwa dunia seharusnya tidak tergelincir ke dalam penciptaan pemerintah ekonomi dunia bayangan yang dijalankan dewan di dalam IMF. Indonesia juga lelah selalu tertahan dalam bayang-bayang WTO. Asia dan negara-negara Selatan menginginkan kerja sama yang baru. Negara-negara muslim secara bersama-sama menghadirkan sumber daya modal penting yang terus meningkat, sementara likuiditas Barat sebagian sudah mengering. Ekonomi muslim menghadirkan sumber daya investasi dan tujuan investasi itu. Gabungan ekonomi muslim dapat mewakili permintaan yang signifikan untuk barang-barang dan pelayanan jasa dunia Barat yang secara relatif tidak terpengaruh oleh resesi di dunia Barat.

Indonesia masih bisa memanfaatkan kredit ekspor, sukuk, pembiayaan Islam, dan sumber daya finansial non-tradisional lainnya, misalnya dana lingkungan dan kredit karbon. Walaupun ada penurunan global, Indonesia masih bisa bertahan dalam beberapa pembiayaan bank.

Pinjaman Excelcomindo sebesar US$ 140 juta untuk ekspansi telekomunikasi baru-baru ini telah diumumkan. Perusahaan penerbangan Lion Air membeli 12 pesawat Boeing 737, walaupun kontribusi tunai lokal yang dibutuhkan dalam empat tahun terakhir naik 30%. Lion Air akan menggunakan modalnya sendiri untuk melakukan perluasan. St. Miguel Corp Filipina bersaing dengan sebuah konsorsium yang dipimpin Amerika Serikat untuk meraih US$ 1,3 milyar kerja sama penyediaan batu bara, untuk membeli PT Bumi Resources dari Bakrie Brothers. Ada investasi di sini dan investasi akan masuk ke Indonesia.

Standard and Poors mencoba menstabilkan rating kredit Indonesia, dan bahkan rating itu mungkin akan meningkat. Singapura dapat tergelincir ke dalam resesi, tapi Indonesia tidak akan mengalaminya. Alasannya, manajemen ekonomi dan keuangan Indonesia lebih baik.

Indonesia berada dalam posisi penting sebagai negara muslim terbesar di dunia, dengan populasi 230 juta orang dan luas area 1,9 juta kilometer persegi. Produk domestik bruto Indonesia sebesar US$ 843,7 milyar dalam periode jual-beli tenaga listrik dan US$ 432,9 milyar dalam periode nilai tukar resmi tahun 2007. Indonesia memiliki investasi asing tetap sebesar US$ 57,6 milyar dan memegang investasi di negara-negara lain sebesar US$ 9 milyar. Indonesia punya lebih dari 3.500 milyuner, yang masing-masing memiliki US$ 100 juta lebih, yang 70% di antaranya tinggal di Jakarta.

Baru-baru ini, pertumbuhan ekonomi Indonesia adalah 6,5% dan dikhawatirkan jatuh di bawah 6% pada 2009 karena adanya pengurangan ekspor. Pemerintah akan menstimulasi pertumbuhan menggunakan anggaran nasional yang mencapai US$ 100 milyar pada 2008. Pemerintah Indonesia yakin akan mempertahankan pertumbuhan sebesar 6%. Bank Dunia telah menyisihkan pinjaman cadangan sebesar US$ 2 milyar untuk tahun 2009, yang hanya akan dikucurkan jika pertumbuhan jatuh di bawah 5,8%.

Pada 2007, ekspor Indonesia adalah sebesar US$ 118 milyar, impor US$ 86 milyar, surplus perdagangan US$ 32 milyar, dan cadangan devisa asing sampai November 2008 sebesar US$ 50 milyar.

Indonesia telah kehilangan beberapa pekerjaan di sektor tekstil. Beberapa ekspor ke Amerika Serikat dan Eropa jatuh pada kuartal keempat. Bursa saham, obligasi pemerintah, dan nilai tukar nasional juga jatuh pada minggu pertama Oktober lalu.

Pemerintah meluncurkan program pengamanan buy back yang dipelopori BUMN dan mempertahankan rupiah dengan campur tangan di pasar nilai tukar via Bank Indonesia (BI). Pemerintah juga mengambil langkah untuk meningkatkan likuiditas serta fokus mengontrol inflasi dan mempertahankan pertumbuhan ekonomi.

Pemerintah menaikkan jaminan deposit pribadi sampai Rp 2 milyar (US$ 190.000), yang mencakup 100% deposit untuk lebih dari 99,7% dari 81 juta rekening bank. Bank-bank di Indonesia masih dalam posisi yang kuat dengan cadangan yang cukup, pinjaman non-performing yang rendah, dan nyaris tanpa pembeberan pada kerugian subprimer. Hanya sebagian kecil investor yang kehilangan uang pembelian instrumen yang berkaitan dengan Lehman via bank internasional.

Nilai inflasi Indonesia menurun dari 12% menjadi sekitar 9% pada Januari, dengan reduksi yang direncanakan antara 9% dan 7% sepanjang tahun 2009. Suku bunga bank telah distabilkan pada angka 9,5% setelah enam bulan berturut-turut naik. Hal ini akan dipertahankan sementara dan kemudian dikurangi menjadi 7,5% pada 2009.

Obligasi Indonesia telah pulih dari gejolak yang tajam baru-baru ini. Bursa saham pun sudah stabil. Ekonom lokal menyatakan bahwa bursa saham yang sebelumnya mengalami over-value akan kembali normal sejalan dengan siklus perdagangan lokal.

Pemerintah sekarang fokus untuk mengolah dana sebesar US$ 115 milyar dari anggaran nasional tahun 2009, naik dari US$ 100 milyar pada 2008. Hal ini dilakukan untuk mendorong pembangunan proyek dan secara keseluruhan dibelanjakan untuk membantu memenuhi permintaan lokal karena adanya penurunan ekspor, dengan harapan menjaga pertumbuhan ekonomi 5,5% hingga 6% pada 2009.

Di samping keruntuhan bank Indover Cabang Pembantu Bank Indonesia di Belanda, tidak ada kebangkrutan yang lebih parah. Menteri Keuangan Indonesia, Sri Mulyani Indrawati, dan Gubernur BI yang baru, Boediono, telah mengambil tindakan untuk mengatasi kesalahan manajemen sebelumnya.

Berbeda dari cara penanganan bankir-bankir keuangan yang gagal di negara Barat, yang tidak bijaksana dan mengambil risiko yang mungkin saja ilegal, Pemerintah Indonesia mengatur cara kerja Komisi Pemberantasan Korupsi dan pengadilan antikorupsi untuk melawan bankir-bankir serta anggota parlemen yang melakukan korupsi dan menerima suap.

Pemerintah Indonesia juga menyatakan akan memburu orang-orang yang menyalahgunakan namanya dan menyebabkan hancurnya Bank Indover Belanda. Pemerintah Indonesia bermaksud pula mengusut dugaan praktek perdagangan singkat dan kecurangan di pasar modal.

Indonesia kehilangan waktu 10 tahun akibat kehancuran perbankan pada 1998, ketika menyerahkan nasibnya kepada IMF, yang gagal memahami kekuatan lokal dan membesar-besarkan kelemahan lokal. Sebuah foto historis memperlihatkan Soeharto duduk di meja kerjanya, menandatangani surat kuasa kematian politiknya. Perwakilan IMF berdiri di depannya, sedangkan dia menandatangani perjanjian IMF.

Banyak hal telah berubah di antara kehancuran perbankan Asia pada 1998 dan kehancuran Wall Street pada 2008. Kekuatan keseimbangan ekonomi di dunia berubah, keseimbangan kekuatan global bergeser ke Selatan dan Timur. Perdana Menteri Inggris, Gordon Brown, mengetahui hal itu ketika mengimbau negara-negara Teluk dan G-20 untuk membantu menstabilkan ekonomi dunia.

Pada kehancuran bank tahun 1998, Indonesia tidak memiliki kebebasan dan pilihan. Kini, tahun 2008, Indonesia memiliki kebebasan dan lebih kuat serta dapat memilih jalannya sendiri. Semoga kekuatan dan tekad yang kuat dapat memberi inspirasi kepada negara-negara muslim dan negara-negara Selatan untuk tidak panik menghadapi resesi di dunia Barat, melainkan bekerja sama untuk menghindari penyebaran resesi ke Selatan serta membangun dan menguatkan sebuah tatanan baru ekonomi dunia.

Terry Lacey Ekonom, berdomisili di Jakarta
[Kolom, Gatra Nomor 3 Beredar Kamis, 27 November 2008]


Sumber : Majalah Gatra




11 komentar:

Papanya Inez GP mengatakan...

Uops, sorry ada yang keluapaan....!!!

Agam Fatchurrochman mengatakan...

yang disebut2 fundamental ekonomi sebenarnya hanya ekonomi makro saja: suku bunga, nilai tukar, dsb. memang indonesia tidak banyak menderita.
tapi kalau ekonomi mikro, industri maupun non industri (agrobisnis, dsb), sudah terpukul krisis. petani sawit tidak bisa bayar kredit. perusahaan sawit babak belur dihajar harga, dsb.
tapi sayangnya pemerintah dari dulu hanya peduli ekonomi makro saja...

crysan hijau mengatakan...

Mas, saya setuju sama pendapat si penulis.. kalau dibandingkan dengan negara2 yang kena dampaknya krisis global, Indonesia hampir bisa dibilang tidak terkena dampaknya.. *keseluruhannya pendapat ini ngga lama lagi saya apload* tengkyuu..

cech gentong mengatakan...

Kata siapa Indonesia tidak terkena resesi. Kebetulan saya banyak bergerak di sektor riil. Perlu diketahui krisis finansial global ini hanya kelanjutan dari badai ekonomi.bagi Industri kecil/menengah (baca sektor riil). Badai yang sebenarnya adalah kenaikan BBM yang diikuti oleh kenaikan minyak goreng, tepung terigu, gula dan lain2 serta ditambah konversi minyak tanah jadi gas yang berakibat kepada kesulitan untuk berproduksi karena kita juga harus putar otak dan meramu produksi serta harga jual yang pas untuk konsumen. Disinilah banyak industri kecil menengah yang mulai ngos2an. Cuma industri kecil/menengah bisa bertahan sampai sekarang bukan karena peran pemerintah tapi mereka lebih luwes/cepat beradaptasi karena skup dan masalahnya tidak rumit seperti industri besar yang banyak menyerap dana dari banyak lembaga keuangan, Sedang industri kecil menengah itu modal sendiri, mau pinjam Bank susah selain bunganya tinggi, bank selalu menanyakan agunannya berapa dan bukan melihat prospek bisnisnya. Ingat tahun 1998 perekonomian kita banyak ditunjang oleh industri kecil/menengah Terima kasih

cech gentong mengatakan...

Tambahan yang saya heran kenapa penulis tidak mengupas IRAN (negara Islam Penghasil Minyak Bumi ke 2 di dunia). Lihat sekarang aja pengusaha Iran mulali merambah untuk investasi di sektor perbankan (bank Syariah) dan telekomunikasi. Kalau Iran dikatakann negara Muslim yang tidak terkena resesi, baru saya percaya karena ketika harga minyak melambung hanya negara2 penghasil minyak seperti arab saudi, iran, venezuela, negara jazirah arab kecuali Irak dan negara Rusia yang menikmati kenaikan tersebut. Jangan heran saking banyaknya uang mereka mau mengumbar uang untuk membeli klub2 sepak bola di English Premier League seperti Manchester City, Chelsea, West Ham bahkan rencananya Liverpool.

Kakang S mengatakan...

Kalo dilihat dari kurs rupiah, yg dari Rp. 9200 tergelincir di kisaran Rp. 12000, kayaknya susah deh kalo kita di bilang tidak kena imbas global krisis. Trus gelombang PHK yg sudah mulai awal Desember ini, hingga nggak tahu sampai kapan puncaknya (dari analisa sih ntar Maret 09 akan terasa banget). So, tulisan tersebut terkesan membodohi awam dan masyarakat level bawah.

Papanya Inez GP mengatakan...

Mas Agam BI rate bulan april 8.0% dan Oktober 9.5% memang sebuah kenaikan yang tidak terlalu besar bila dibandingkan dengan tahun 98, niali tukar juga fluakuatif tertinggi hingga 30% juga demikian bila kita bandingkan dengan tahun 98.....untuk ekonomi mikro malah tahun 98 amburadul...ditambah lagi dengan krisis politik....ditambah lagi dengan huru hara dimana2 ....!!!

Tapi satu hal yang menyebabkan kita berbenah adalah kondisi dunia saat itu tidak seperti sekarang ini....??? Lah kalau sekarang....sumbernya dari luar kedalam.

Intinya adalah dengan Penataan Ekonomi dgn menekan import dan menggenjot eksport, meningkatkan penerimaan Pajak, serta Early Poduction dari Block Cepu feb. 2009 sebesar 20.000 BPH...Pembangunan Pembangkit Listrik dan Pemasukan dari remitance TKI sebesar 167 trilyun.

Ada satu lagi Bu Ani sedang mencari dana segar dari luar buat backcover kondisi ekonomi kita....dan Beliau juga sedikit Gahar dangan pos-pos pengeluaran......... jadi.....????

Papanya Inez GP mengatakan...

Wah rupanya Mbak Vivin seorang yang Optimis.....dampaknya sudah jelas khan ya ...??

Papanya Inez GP mengatakan...

Wah sebelumnya terimakasih nich sudah mampir ke MP saya ya Pak.....!!!
Saya setuju dengan Pendapat Bapak.....kita sudah terkena dampak resesi dari dari luar...tapi yang menjadi pertanyaan seberapa parah dampak itu....???
Coba lihat harga kelapa sawit turun/CPO turun....tapi coba periksa harga minyak goreng di pasar...apakah turun....??? dengan adanya penurunan harga BBM yang rencananya akan terus berlanjut baik itu solar ataupun premium....apakah harga2 kebutuhan pokok juga akan turun....???? saya belum lihat itu akan terjadi.....dan pemerintah juga tidak menegor pengusaha untuk menurunkan harga....karena pemerintah kita tahu bahwa itulah stimulus yg diberikan ke pengusaha agar tetap bergerak dan setidaknya tidak memPHK karyawannya....!!!

Kalau soal keberpihakan kepada ekonomi menengah dgn pengucuran kredit....saya lihat di TV nich ya....???? baik bank plat hitam ataupun plat merah banyak mengeluarkan kucuran kredit ke pelaku ekonomi menengah kebawah.....???.

Papanya Inez GP mengatakan...

Betul Pak saya sependapat...sebetulnya Negara Iran yg tdk terkena secara langsung kresis ekonomi dunia....karena negara ini negara yang mandiri.....salah satu kerjasama kita dengan Iran adalah pembangunan Kilang minyak di Cilegon Banten yang berkapasitas 300rb BPH.

Papanya Inez GP mengatakan...

Yup, Betul mas Anang dan ada satu lagi indek harga saham juga terjun bebas.....dan ini artinya nilai kapital perusahan kita jadi turunnn drastis.....tapi saatnya yang tepat untuk buyback.....!!!
Lihat Group Bakrie....pinjam uang keluar jaminannya nilai saham.....wah berabe tuh....!!!

Oh ya jangan lupa NPL juga dibawah 1%....artinya imbas krisis ekonomi untuk negara kita masih..?????