Minggu, 14 Maret 2010

Jelajah MUSI 2010




Sungai Musi menjadi muara puluhan sungai besar dan kecil lainnya, baik di Bengkulu maupun Sumatera Selatan. Dari sumber-sumber air itulah di antaranya, air Musi berasal dan mengalir hingga sejauh 720 kilometer. Sungai Musi dan delapan anak sungai besar, serta anak sungai lainnya, telah lama berperan besar dalam perjalanan kehidupan warga. Bahkan diyakini, ditemukannya situs megalitik di kawasan Pagaralam dan sekitarnya, diperkirakan terkait erat dengan mobilitas manusia masa prasejarah sekitar 4.500 tahun lalu (2.500 tahun sebelum Masehi) melalui Sungai Musi dan anak-anak sungainya.
Hingga kini Sungai Musi tetap memiliki peran besar dalam pergerakan penduduk, perdagangan, dan pengiriman barang kebutuhan pokok, meskipun tidak sebesar pada masa lalu. Berkurangnya peran Musi terutama terjadi di kawasan antara Tanjung Raya dan Tebing Tinggi di Kabupaten Empat Lawang, hingga Muara Kelingi, Muara Lakitan, Sanga Desa, Babat Toman, dan Sekayu.
Namun kerusakan sepanjang Daerah Aliran Sungai (DAS) Musi membuat alur Musi kehilangan manfaat, dan bahkan membawa bencana. Pada saat musim kemarau sulit dilalui kapal besar karena terjadi pendangkalan dan musim hujan mendatangkan banjir karena luapan air sungai.


Kabupaten Rejang Lebong

Kabupaten Kepahiang
Rafflesia Arnoldi
Bunga Rafflesia arnoldii merupakan satu jen
is puspa langka endemik Sumatera yang tumbuh di Bengkulu. Sementara Rafflesia arnoldii ditemukan oleh Thomas Stanford Raffles, Gubernur Bengkulu pada waktu itu bersama kawannya Dr Joseph Arnold. Keduanya menemukan bunga Rafflesia pada 20 Mei 1818 di Pulau Lebar, dekat sungai Manna, Kabupaten Bengkulu Selatan.

PLTA Musi
Pembangkitan Listrik Tenaga Air (PLTA) Musi dibangun di wilayah Kecamatan Ujan Mas, Kabupaten Kepahiang, Provinsi Bengkulu. PLTA Musi mampu menghasilkan listrik berdaya 210 Mega Watt dari daya terpasang 3 x 70 Mega Watt. PLTA Musi yang beroperasi sejak 12 April 2006 itu pertama kali disurvei pada tahun 1965.

Enceng Gondok
Eceng gondok (Eichhornia crassipes) banyak ditemui pada pertemuan anak Sungai Musi. Lonjakan populasi eceng gondok di sisi hulu PLTA Musi di Kabupaten Kepahiang, Bengkulu, terjadi setelah hulu Sungai Musi diterjang banjir bandang pada bulan September 2008.

Kota Pagar Alam
Kota Kopi
Kota Pagaralam, Sumatera Selatan, selalu identik sebagai daerah penghasil dan tempat perdagangan kopi, meskipun tidak memiliki kebun kopi yang luas. Bahkan identitas yang disandang kota yang dipagari Bukit Barisan itu telah tersohor sejak zaman penjajahan Belanda.

Megalitik
Kawasan suku Besemah yang mencakup wilayah Kabupaten Lahat dan Kota Pagaralam, sangat kaya dengan peninggalan megalitik. Sejak puluhan tahun lalu, sudah ditemukan 20 lokasi bangunan dari zaman prasejarah tersebut.

Guritan
Guritan merupakan seni tutur suku Besemah di kawasan Kota Pagaralam, Kabupaten Lahat, da
n Kabupaten Empat Lawang di Sumatera Selatan. Isi dari guritan biasanya menggambarkan tentang sejarah perjuangan, sanjungan kepada pahlawan, legenda, kisah hidup seseorang, atau cerita rakyat yang diguritkan atau dibawakan dalam bentuk nyanyian.

Rumah Baghi Besemah
Salah objek wisata di Kota Pagar Alam selain benda-benda megalitikum dan wisata alam Gunung Dempo adalah rumah-rumah tradisional (baghi) Besemah. Selain memiliki desain arsitektur yang menarik, fisik bangunan yang mampu bertahan ratusan tahun tersebut mengundang kekaguman bagaimana rumah tersebut dibangun.

Kabupaten Empat Lawang
Pendopo
Pendopo dipilih karena lokasinya yang strategis, terletak ditengah-tengah kecamatan-kecamatan penghasil produk pertanian. Sejak lama, Pendopo juga dikenal masyarakat setempat sebagai pusat perdagangan. Sedangkan Tebingtinggi merupakan daerah yang sejak Belanda dirancang sebagai pusat administratif.

Jalan Lintas Tengah
Pada tahun 2000-an, jalan lintas tengah (jalinteng) ruas Lahat-Tebingtinggi, serta jalan lintas Lahat-Pagaralam-Tebingtinggi adalah jalan yang dihindari terutama malam hari. Selain karena kondisinya buruk, dua ruas itu rawan kejahatan. Memasuki tahun 2007, kondisi jalinteng ruas Lahat-Tebing Tinggi dan Lahat-Pagar Alam-Tebingtinggi, semakin membaik meskipun belum 100 persen.

Musi Rawas
Beras Dayang Rindu
Jika Cianjur, Jawa Barat memiliki padi pandanwangi, dan Klaten, Jawa Tengah, memiliki padi rajalele, maka Kabupaten Musirawas, Sumatera Selatan, memiliki padi dayang rindu. Sama seperti padi-padi unggul lainnya, dayang rindu atau juga disebut dayang merindu memiliki rasa yang pulen dan aroma yang harum.

Musi Banyuasin
Kilang Tradisional
Warga Desa Sei Angit, Kecamatan Babat Toman, Kabupaten Musi Banyuasin, Sumatera Selatan, menguasai ratusan sumur minyak peninggalan belanda. Mereka bukan hanya mengangkat minyak mentah, tetapi sekaligus memiliki kilang untuk memproduksi bensin, minyak tanah, dan solar dengan harga jual lebih murah, karena dimasak secara tradisional.

Pencari Ikan di Musi
Masyarakat di antara ruas jalan antara Sekay
u hingga Babat Toman di Kabupaten Musi Banyuasin, Sumatera Selatan mencari ikan pada saat permukaan air sungai Musi naik di musim hujan dengan cara unik. Yakni dengan membuat corong di saluran dan menunggu ikan terperangkap pada jaring di ujung corong yang mereka buat.
Perkebunan Sawit
Menyusuri Sungai Musi saat ini semakin sulit menemukan hutan dengan aneka jenis pohon yang tinggi. Hutan lebat itu telah tergantikan dengan hamparan perkebunan kelapa sawit, dan karet yang berada di tepi kiri dan kanan sungai.

Kota Sekayu
Sebagai ibu kota Kabupaten Musi Banyuasin, Sumatera Selatan, Sekayu berkembang menjadi kota yang dipenuhi sejumlah
fasilitas berstandar internasional. Infrastruktur kelas dunia itu, umumnya berupa fasilitas olahraga yang merupakan sisa arena yang digunakan dalam Pekan Olahraga Nasional XVI tahun 2004.
Rumah Panggung
Rumah panggung sesungguhnya telah
menjadi bagian terpenting dalam kehidupan masyarakat Sumatera Selatan, terutama yang bermukim di tepi Sungai Musi dan delapan anak sungai lainnya. Tradisi serupa juga berkembang di daerah lain yang memiliki sungai besar.

Palembang
Taman Purbakala Sriwijaya
Salah satu situs sejarah penting dari peradaban Sriwijaya, adalah Museum Taman Purbakala Kerajaan Sriwijaya yang memiliki daya tarik karena adanya Batu prasasti berasal dari abad ke-7 di era Kerajaan Sriwijaya yang ditemukan di Bukit Siguntang.

Bukit Siguntang
Bukit Siguntang, letaknya tak jauh di sebelah utara TPKS, merupakan bukit paling dikenal di Palembang. Prasasti batu yang tergolek di halaman museum itu, merupakan salah satu fragmen sejarah Palembang tua.

Jembatan Ampera
Sejak bagian tengah Jembatan Ampera di Palembang yang diresmikan tahun 1965 itu tidak dinaik-turunkan lagi, praktis menara jembatan tak terawat. Selama hampir 40 tahun diabaikan, sejak tahun 1973, kondisi menara Jembatan Ampera, baik di luar maupun di dalam, kotor.

Benteng Kuto Besak
Benteng Kuto Besak merupakan bangunan peninggalan sejarah di masa Kesultanan Palembang Darussalam. Pada abad ke-17 Masehi itu, kebudayaan Islam hadir dan terus mengakar terutama pascakemunduran Kerajaan Sriwijaya di abad 13.

Rumah Rakit
Hingga era 1990-an, rumah rakit yang menjadi bukti sejarah masuknya peradaban Melayu dan dimulai sejak era Kerajaan Sriwijaya hingga Kesultanan Palembang, menjadi tempat hunian bagi etnis Tionghoa. Pola hunian ini berakhir Mei 1998, pada saat kerusuhan rasial meledak di sejumlah wilayah Indonesia, termasuk di Palembang.

Pusri
Lebih dari setengah abad PT Pupuk Sriwidjaja (Persero) berdiri, setia mendampingi Sungai Musi yang mengalir tiada henti. Keduanya laksana sejoli yang saling membutuhkan, agar bisa bertahan dalam putaran roda hidup. Sejak berdiri 24 Desember 1959, kiprah Pusri menjaga produksi pangan Indonesia tak perlu diragukan lagi.

Kilang Musi
Ketika perusahaan asal Amerika Serikat dan Belanda menemukan sumur minyak dengan cadangan yang cukup besar di Sumatera Selatan, mereka langsung memutuskan untuk membangun kilang Plaju pada tahun 1904 dan Kilang Sungai Gerong pada tahun 1926.

Pelabuhan Boom Baru
Pelabuhan Boom Baru yang merupakan andalan Sumatera Selatan untuk ekspor, terletak hampir 100 km dari muara di Selat Bangka. Artinya efektifitas pelabuhan ini akan tergantung alur kapal di Sungai Musi. Di Musi, kapal berbobot lebih dari 500 gross ton (GT) harus dipandu.

Pasar 16 Ilir
Pasar 16 Ilir dan para pedagangnya adalah “jantung ekonomi” Sumatera Selatan di tepi Musi. Pedagang 16 Ilir, tak sekadar penjaga toko. Pasar 16 Ilir disokong Sungai Musi sebagai jalur utama transportasi barang dan penumpang, membuatnya hidup berabad-abad.

Pulau Kemaro
Pulau Kemaro, yang luasnya tak lebih dari luas tiga lapangan sepak bola itu tak pernah redup pesonanya. Setiap perayaan Cap Go Meh, pulau mungil di tengah Sungai Musi tersebut dipenuhi ratusan ribu orang yang berziarah di Klenteng Hok Tjing Bio.

Banyuasin
Budidaya Ikan Keramba di Sungai Musi belum berkembang optimal. Dalam perjalanan tim Jelajah Musi 2010 dari hulu hingga hilir sejauh sekitar 640 kilometer, jarang ditemukan usaha budidaya perikanan. Usaha budidaya tersebut banyak ditemukan mulai dari Rantau Bayur, Kabupaten Banyuasin, hingga menjelang Kota Palembang.

Kawasan Bekas Transmigrasi Makarti Jaya
Sekitar 30 menit perjalanan di sungai Musi dari Palembang, terdapat sebuah delta yang terdiri atas delapan desa. Bersama ebberapa desa lain, delapan desa itu termasuk dalam wilayah Kecamatan Makarti Jaya.

Pusat Perikanan Sungsang
Sungsang pernah jadi magnet perdagangan hasil perikanan. Orang Bugis sejak tahun 1967 sudah ikut cari ikan, orang Jawa membanjir sejak tahun 70-an berdagang es balok dan bertani, orang Padang jualan nasi.


Sumber : Lipsus Kompas



10 komentar:

Agam Fatchurrochman mengatakan...

Sayangnya karena cadangan minyak Sumsel sudah ditambang sejak zaman Belanda, ketika Otonomi Daerah dg pembagian hasil migas besar buat daerah, Sumsel sudah melalui peak performance ya.
Btw, apakah teknologi enhanced recovery terbaru bisa meningkatkan cadangan Indonesia secara signifikan?

Papanya Inez GP mengatakan...

puncak produksi minyak di indonesia terjadi di th 1995 dgn produksi 1.62 jt barel/ hr, dan sebagian besar dihasilkan di lapangan Caltex di Riau dan Asamera di Rambah, namun setiap tahun produksi itu mengalami penurunan sekitar 15% ( namanya juga sumur tua )...untuk mengatasi hal itu dikembangkan EOR dgn berbagai metode diantaranya steam flood atau gas injection dan metode2 lainnya,...al hasil tingkat penurunan produksi itu bisa ditekan sekitar 6.7%...apakah ini dibilang sudh berhasil...??? wallah hu alam...mungkin saja kalau EOR tdk dikembangkan maka produksi minyak kita akan dibawah produksi yang sekarang...tapi yg pasti pengembangan EOR sudah pada tahap dan jalur yg benar...LEMIGAS selalu bekerjasama dengan Chevron dilapangan Duri Riau dan di Rambah, eks COPI yg dijual ke PERTAMINA.
Tapi intinya mencari ladang minyak baru...di wilayah indonesia timur...karena selama ini cadangan minyak hanya di wilayah Jawa dan sumatera plus laut cina selatan.....Masela/ Abadi Field cukup menjanjikan untuk itu.. walaupun potensialnya adalah gas dan condensat.....wah OOT ga nih ya...??? hahaha...kolo datang ke sekayu bisa beli bbm seharga Rp 2500/ liter...????

Agam Fatchurrochman mengatakan...

Cekungan di lepas pantai barat Aceh itu seberapa signifikan?

Papanya Inez GP mengatakan...

Nah ini dia, cekungan di sekitar pantai timur simeuleu, NAD, katanya mengandung cadangan terbesar di dunia ( 320,79 miliar barel ), dan kemudian orang juga mengkaitkan dgn bantuan ke aceh saat terjadi bencana tsunami... tapi berita yg cukup bombastis ( awal th 2008 ) tersebut kemudian hilang begitu saja....!!

Yang pasti temuan BPPT itu diluar ruang lingkup/ cakupan BPMIGAS....karena di tahun 70/80an disebelah selatan dekat lokasi survey BPPT & BGR ini ... Union Oil & Caltex telah melakukan pengeboran dan hanya ditemukan gas biogenik non-komersil...!!!

Selain dari itu survey yang dilakukan oleh BPPT berupa metode survey geomarin dan hitung2an cadangan migasnya juga sangat kasar sehingga didapat ( 320,79 miliar barel )...!!!

Saya pribadi, masih meragukan berita itu...kecuali ada data atau hasil temuan baru dari BPMIGAS....!!

Agam Fatchurrochman mengatakan...

kalau sejarah cekungan timor gimana mas? penelitian geologis yang dilakukan apa sudah menunjukkan cadangan yg besar? kayaknya ini yg membuat dunia internasional (nggak berani aku nyebut negara temnpat aku bekerja hahaha) pro lepasnya Timtim? cadangan celah timor termasuk terbesar keberapa?

Papanya Inez GP mengatakan...

Wah kalau celah timur ini potensial mas Agam, dari beberapa sumur yg paling besar adalah banyu udan field mengandung cadangan gas 3.1 tfc dan 230 jt barel condensat, namun diluar perjanjian celah timur ada lapangan minyak lainnya yg sangat potensial yakni greater sunrise dan laminaria-carolina dilokasi celah timor juga ... pemerintah timor leste dalam pengembangan sumber migas di celah timor ini sepertinya mendapatkan tekanan dari ausy....alias dapet pembagian dari konsesi yg kecil...!!!

Agam Fatchurrochman mengatakan...

NTT nggak dapat sama sekali? Prof Herman Johannes, mantan Rektor UGM & putra NTT, dulu yakin celah Timor bisa sejahterakan NTT

Papanya Inez GP mengatakan...

Prof Herman Johanes sangat gigih memperjuangkan bagian dari celah timor yakni zone A & B, dia gak terima kalau kita dapet di zona C saja...sampe pak ginanjar mengirim staff khusus untuk memberikan penjelasan ke pak Johanes...tapi impian dan perjuangannya semuanya lepas ketika east timor lepas dari indonesia....dan bagian yg kita dapat dari celah timor adalah berupa pencemaran laut saja.....!!

Agam Fatchurrochman mengatakan...

Dan sampai saat ini Prof Ginanjar masih terus dihormati hehehe

Papanya Inez GP mengatakan...

betul mas Agam....salah seorang sipil yg masuk ke militer, yg posisi terakhir marsekal muda....dan skg jadi watimpress ya...?