Selasa, 23 Maret 2010

Asal Mula Orang Kumering ( Jolma sikam kaunyin )



Oleh : - Alm. H.M. Hatta Ismail, & Alm. H.M. Arlan Ismail,



Kelompok Masyarakat ini hidup dan menyebar di sepanjang aliran sungai yang sekarang di kenal dengan nama sungai Komring maka penduduknya di sebut orang Komring, dan bahasanya pun disebut dengan bahasa Komring.

Sementara itu W.V. Van Royen menulis dalam bukunya “ DePalembang Sche Marga (1927 ) “ tidak menyebut orang komring tetapi “ Jelma Daya “ yang berarti kelompok masyarakat yang ulet dan dinamis, dan seorang sejarawan dari Belanda Van Der Tuc menyebut kelompok masyarakat ini dengan nama “ Kembiring “ yang di artikan sebagai manusia jadi-jadian ( orang yang dapat menghilang dan bisa berubah menjadi Harimau ).
Nama sungai Komring sendiri diambil dari nama seorang saudagar buah Pinang yang berasal dari India yang bernama Komring Singh , makam ( kuburan ) nya terdapat di sebelah hulu desa Muara Dua, sungai yang mengalir mulai dari makam tersebut tepatnya mulai dari pertemuan sungai Selabung dengan Wai Saka yang mengalir ke hilir sampai muara Plaju di sebut sungai Komring, tidak semua penduduk yang mendiami sungai komring di sebut orang komring, aliran sungai Komring sampai di Gunung Batu, penduduknya terbagi dalam 2 ( dua ) Kewedanaan Muara Dua dan Kewedanaan Martapura , sebagian penduduk kewedanaan Muara Dua di sebut Jelma Daya bukan Orang Komring walaupun mereka tinggal di pinggir sungai Komring sementara itu penduduk yang termasuk kewedanaan Martapura di sebut orang komring.

Kelompok masyarakat ini awalnya berasal dari Gunung Seminung yang membawa Budaya Rumpun Seminung. Masyarakat Rumpun Seminung tergolong suku Melayu Kuno ( Proto Malayan Tribes ), bahasanya banyak terdiri dari bahasa Melayu Kuno , bahasa Jawa Kuno dan bahasa Sansekerta , Kelompok masyarakat ini kemudian berkembang dan menyebar menjadi beberapa kelompok masyarakat.

- Yang pertama - Kelompok masyarakat yang mendiami sekitar daerah gunung seminung sampai ke Ranau kemudian terbentuk masyarakat Ranau.

- Yang kedua - Kelompok masyarakat yang turun dari Gunung Seminung kearah Lampung kemudian di kenal dengan kelompok masyarakat Lampung Peminggir.

- Yang ke tiga - Kelompok masyarakat yang turun dari Gunung Seminung menyusuri aliran sungai yang kemudian di kenal dengan kelompok Samanda Di Way yang sekarang menjadi masyarakat yang kita kenal dengan Orang Komring atau Jolma Daya..

Menurut sejarah Kabupaten Ogan Komering Ulu Sumatera Selatan ( 1979 ) Jelma Daya adalah kelompok pertama yang turun dari gunung Seminung melalui Danau Ranau kemudian seterusnya menelusuri sungai Komring sampai di Gunung Batu adalah kelompok Semendawai. Semendawai berasal dari kata Samanda Di Way yang berarti mengikuti aliran sungai . Kelompok masyarakat ini kemudian berkembang dan berpencar membentuk 7 ( Tujuh ) Kepuhyangan ( kepuyangan) , antara lain :

- Kepuhyangan Pertama menempati pangkal teluk yang agak membukit yang kini kita kenal dengan nama GUNUNG BATU, kelompok ini di pimpin oleh Pu Hyang Ratu Sabibul .

- Kepuhyangan Kedua menempati suatu dataran rendah yang kemudian dinamakan MALUWAY, kelompok ini di pimpin oleh Pu Hyang Kai Patih Kandil.

- Kepuhyangan ke Tiga menempati muara sungai di dalam teluk yang kemudian dikenal dengan nama MINANGA , kelompok ini di pimpin oleh Pu Hyang Minak Ratu Damang Bing.

- Kepuhyangan ke Empat menemukan padangan rumput yang luas kemudian menempatinya, pekerjaan mereka membuka padangan ini yang di sebut Madang yang kemudian dijadikan nama Kepuhyangan Madang, tempat pertama yang mereka duduki di namakan GUNUNG TERANG, kelompok ini di pimpin oleh Puhyang Umpu Sipadang.

- Kepuhyangan ke Lima di Pimpin oleh Pu Hyang Minak Adipati yang konon kabarnya suka membawa peliung yang kemudian di jadikan nama kepuhyangan Pemuka Peliung, dari kepuhyangan inilah kelak di kemudian hari setelah terjadinya Perang Abung ( 1400 M ) antara dinasti Paksi Pak dari Sekala Berak dengan Orang Abung, kemudian menyebar mendirikan kepuhyangan baru antara lain Kepuhyangan Banton di pimpin oleh Pu Hyang Ratu Penghulu, Kepuhyangan Pulau Negara yang di pimpin oleh Pu Hyang Umpu Ratu.

- Kepuhyangan ke Enam di bawah pimpinan Pu Hyang Jati Kramat , yang dipercayai oleh penduduk setempat bahwa istri beliau berasal dari atau keluar dari Bunga Mayang Pinang sehingga di abadikan pada nama kepuhyangan mereka , Kepuhyangan Bunga Mayang.

- Kepuhyangan ke Tujuh di pimpin oleh Puhyang Sibalakuang, kelompok ini pada mulanya menempati daerah MAHANGGIN yang kemudian setelah terjadinya perang Abung mendirikan cabang – cabang di daerah sekitarnya seperti Sandang, Rawan, Rujung, Kiti, Lengkayap dan banyak kepuhyangan ini mengunakan nama Bhu Way.

Menurut penelitian Geomorfologi sejak terjadi pendangkalan sungai Komring yang terjadi akibat adanya pengendapan lumpur di sungai Komring, sungai tersebut mulai terus mengecil dan kemudian sekitar 20 Km dari Desa Rasuan sungai komring terpecah menjadi 2 ( dua ) aliran, aliran yang lama terus menyempit sampai dengan desa Minanga dan berakhir di daerah Rawa-rawa dan Lebak ( pada jaman purba merupakan lautan ), sementara itu aliran baru terus mengalir dan bermuara di Plaju. Sebagian masyarakat yang terbentuk pada aliran baru ini kemudian membaur membentuk Komring Baru atau yang di kenal sekarang dengan nama Komring Ilir, namun sebagian kelompok masyarakat ini menolak untuk dianggap sebagai orang Komring di karenakan kelompok masyarakat ini sudah tidak membawa dan mewarisi Adat dan Budaya Rumpun Seminung.



Sumber : Jolma sikam kaunyin

Image : 4.bp.blogspot.com

21 komentar:

Agam Fatchurrochman mengatakan...

orang tua dari sini mas?

Papanya Inez GP mengatakan...

betul mas Agam, ayah saya dari sini....!!!

Papanya Inez GP mengatakan...

Hehehe...ga dapet izin dari yg punya terpaksa besok ini tak delate

Agam Fatchurrochman mengatakan...

Komering dan Palembang seberapa banyak perbedaannya? Kalau di Aceh, suku Aceh dan Gayo beda sekali. Gayo lebih mirip suku jauhnya Minang

Agam Fatchurrochman mengatakan...

Komering dan Palembang seberapa banyak perbedaannya? Kalau di Aceh, suku Aceh dan Gayo beda sekali. Gayo lebih mirip suku jauhnya Minang

Agam Fatchurrochman mengatakan...

Komering dan Palembang seberapa banyak perbedaannya? Kalau di Aceh, suku Aceh dan Gayo beda sekali. Gayo lebih mirip suku jauhnya Minang

Papanya Inez GP mengatakan...

Wah berbeda sekali mas Agam : bahasa dan dialek, tradisi/ cultural, dari itu semua berpengaruh terhadap prilaku...orang komering berwatak keras hampir mirip dgn suku batak....katanya sih ada tautan antara org batak dgn komering....!!!
Tapi ada hal manis yg dipunyai oleh komering yakni dukunya....kalau disini duku yg terkenal adalah duku palembang....sebenarnya itu duku komering....karena yg terkenal di palembang itu adalah duku komering...!!
sama sepertihalnya duku...durian juga terkenal....yakni durian tembaga....mantabs tuh durian.

Yang Mirip adalah face aau raut muka...kebanyakan berkulit putih dan mata agak sipit....!!

Iya saya punya teman dari aceh ( gayo )....dia ga mau disebut orang aceh...??

Agam Fatchurrochman mengatakan...

Hehehe duku Palembang sedang banyak di Jakarta. Komering punya duku, Palembang punya nama hehehe Seperti tari Saman, Gayo punya tarian, Aceh punya nama. Ya, ini suku-suku yg saling bersaing

Ahmad Karim احمد كريم mengatakan...

Tapi Komering masih ada pengaruh Melayu nya, meski agak beda dgn daerah-daerah lain di Sumatera Selatan, terbukti pakaian adat dan acara-acara adat yang bernuansa Islami...beda dengan batak

Papanya Inez GP mengatakan...

Hmmm...tari Saman itu sebenarnya dari gayo toh...!!!

Papanya Inez GP mengatakan...

Bener oum Karim...masih rumpun melayu....!!!

jama uddin mengatakan...

Aslm, salam kenal. kami di lampung pesisir/peminggir didaerah marga putih cukuh balak berasal dari 5 buay : buay mikhadatu (keturunan semenguk), buay tambakura (keturunan semenguk), buay hulu lutung (keturunan komering), buay hulu dalung (keturunan sungkai), buay pemuka (keturunan pubian)..
Sehingga kami disebut juga lampung peminggir pemanggilan, karena berasal dari keratuan pemanggilan di daerah komering sumatera selatan.. Salam kenal dari kami di pesawaran lampung..

Papanya Inez GP mengatakan...

Waalaikum salam, senang bisa ketemu di MP bro Addin, saya juga dulu pernah tinggal di tigeneneng sewaktu masih kecil, dan berbaur dengan lingkungan multi etnis termasuk warga lampung asli dimana logat dan gaya bicaranya hampir sama dengan suku komering...artinya korelasi kesukuan kita memang sama berasal dari Gunung Seminung dan termasuk proto melayu Kono

Rizal Muhammmad Rizal mengatakan...

Salam kenal saya asli orang komering OKU Timur Kampung lama saya surabaya dan kampung baru saya Banding Agung kec Madang suku III

Papanya Inez GP mengatakan...

salam kenal juga bro Rizal....selamat datang digubuk kami ini...

riyo lihan mengatakan...

salam kenal saya asli orang lampung sungkai bunga mayang..yg menurut cerita asal kami dari komering...
' sai jawoh ti podok, sai ridik ti jahik, sai sumang ti gihang, komering carom lom bilangan"

riyo lihan mengatakan...

salam kenal warei..sikam lampung jak bungamayang sungkai

Papanya Inez GP mengatakan...

salam kenal bro Warei, nyak pandai bobahasa sa cutik2 bagawoh.....he he

Ahmad Subhan mengatakan...

Orang2 tua lampung banyak yang membenarkan kalau asal mereka dari komering dan ranau gng seminung, tapi mengapa kalangan muda lampung selalu mangkir dan mengatakan bahwa orang lampunglah asal muasal komering, makasih

Papanya Inez mengatakan...

yeach biasalah itu bro Ahmad....karena semua juga ada latar belakang dan chauvinistik yang kental

Anonim mengatakan...

Setelah ditelusuri lebih dalam, sebenarnya sejarah muyang kita itu panjang sekali dan berpindah2an disetiap generasi keturunannya... Kalau mau membahas tentang asal usul komering... Kita harus tarik lagi sejarah muyang kita lampung sebelum Paksi Pak Sekala Bekhak (Belunguh, Nyerupa, Bejalandiway dan Pernong)... Banyak generasi sekarang dan bahkan orang di luar lampung sendiri tahunya Paksi Pak ini adalah cikal bakal dari seluruh masyarakat lampung bahkan komering... Namun jika pihak Paksi Pak ditanya hubungan darahnya dari mana???? Mereka pasti bingung dan hanya menyimpulkan bahwa kita satu keturunan karena dari bahasa kita yg sama... Hanya itu saja bukti kita mempunyai hubungan darah itu tidak cukup... Seharusnya Paksi Pak menceritakan sejarah tidak membuang asal usul dari pihak suku tumi yg mereka anggap terbelakang, primitif, animisme dan menyembah pohon raksasa (lemasa kepampang).. Cobalah menceritakan sejarah harus legowo dan jangan dikeluarkan itu jika menguntungkan dan mengangkat derajat kita... Dan sebagiannya disimpan karena merugikan baginya... Kalau mau jujur, Buay Tumi dengan Ratu Sekerumong itu adalah simpul tali sejarah lampung yg terputus oleh keterangan2 Paksi Pak... Mengaku asal usul dari Sriwijaya, namun hanya mengandalkan bukti yg masih minim... Jelas ini menyinggung perasaan saudara kita dari Pasemah, Ogan, Rejang, dll... Coba harus jujur dgn sejarah... Sebenarnya kita semua dari Lampung sampai Jambi itu masih bersaudara... Hanya saja sikap dan sifat kita yg mau dibilang lebih dari yg lain, tanpa memperhatikan saudara kita itu... Tidak bisa sejarah seperti itu... Buktikan kita semua bersaudara... Persaudaraan itulah yg akan membuka tabir rahasia Nenek Muyang Lampung dan Sejarah Sriwijaya...