Kamis, 28 Januari 2010

280110 - I WITNESS-1




Tulisan dibawah ini dikutip dari harian JAWAPOS

JAKARTA - Demonstrasi besar di Jakarta dan sejumlah kota-kota besar mewarnai 100 hari pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) jilid kedua kemarin (28/1). Puluhan ribu orang yang mengikuti demo berasal dari berbagai kalangan. Mulai buruh, mahasiswa, hingga pengamat politik. Aksi tersebut juga terjadi di Surabaya, Ban­dung, serta Makassar.

Di Jakarta, massa berkumpul di kawasan Monas dan Istana Negara. Mereka mengkritik seratus hari pemerintahan SBY. Tidak seperti aksi pada Hari Antikorup­si pada 9 Desember lalu, demonstrasi kali ini berjalan sendiri-sendiri. Tidak ada panggung yang didirikan di kawasan Monas. Masing-masing kelompok membuat panggung orasi dari kendaraan yang mereka bawa.

Sebelum pukul 15.00, aliran massa berge­rak ke sejumlah titik. Mulai gedung DPR/MPR, Bundaran Hotel Indonesia (HI), gedung Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) di Kuningan, serta Istana Negara.

Setelah pukul 15.00, massa terpusat di istana. Mereka yang sebelumnya beraksi di gedung DPR, Bundaran HI, dan gedung KPK merangsek ke pusat kota memenuhi pagar depan istana.

Para demonstran kemarin tampil krea­tif. Ada yang tampil seperti hantu pocong ser­ta mengenakan topeng SBY dan Boe­diono. Ada juga yang mengecat tubuhnya dengan hu­ruf-huruf menyusun kata ''SBY Gagal''.

Massa kemarin memang membawa isu kegagalan pemerintahan SBY. Bentuk ekspresinya macam-macam. Ada yang membawa tikus dalam kerangkeng, bahkan ada yang membawa kerbau. Tubuh kerbau itu dicat tulisan SBY.

''Kerbau adalah binatang yang malas dan dungu. Kalau dipaksa sedikit, ia akan ngambek. Kami tidak ingin memiliki pemimpin seperti itu,'' ujar Willy, salah seorang orator.

Namun, aksi kreatif Willy dan kawan-kawannya tersebut tidak diperkenankan aparat keamanan. Sejumlah polisi langsung mengamankan kerbau itu. Polisi khawatir kerbau tersebut akan mengamuk dan malah mengacaukan jalannya demonstrasi. Kerbau itu lantas dibawa kembali dengan pikap Suzuki.

Berkumpulnya massa di depan istana diwarnai sejumlah aksi lanjutan. Sejumlah demonstran dari Komite Aksi Pemuda Antikorupsi (Kapak) melempar enam ekor tikus putih dalam sangkar. Mereka juga melempar peti mati imitasi. Peti mati palsu tersebut bertulisan Alm Boediono dan Alm Sri Mulyani. Peti itu dilempar melewati barikade polisi di depan istana.

Di depan istana, sejumlah insiden terjadi. Salah satunya ketika massa yang tergabung dalam Kontras, Komite Aksi Serikat Buruh Indonesia, dan beberapa elemen lainnya mencoba merangsek ke istana. Mereka mendapat perlawanan dari aparat kepolisian, sehingga terjadi aksi saling dorong.

Selain itu, sekitar 500 demonstran dari Front Oposisi Rakyat Indonesia (FOR Indonesia) terlibat bentrok dengan polisi yang berjaga di depan Istana Merdeka. Bentrok terjadi setelah demonstran merangsek maju mendekati pagar Istana Merdeka dengan mendorong aparat.

Akibat bentrok tersebut, tiga pengunjuk rasa ditangkap polisi. Yakni, Hakim dari KASBI, Andre, dan seorang lagi yang belum diketahui identitasnya. Seorang anggota kepolisian terluka pada dahi.

Korlap FOR lantas berorasi di depan aparat. Dia meminta agar polisi membebaskan tiga rekannya tersebut.

Kadiv Humas Mabes Polri Irjen Pol Edward Aritonang mengakui adanya sejumlah insiden dalam demonstrasi di Jakarta. Namun, menurut dia, semua masih terkendali dan kondusif. Kalaupun ada yang ditangkap, itu tidak untuk ditahan. ''Paling cuma ditanya-tanya. Maunya apa sih. Habis itu ya dilepaskan lagi,'' katanya saat dihubungi kemarin (28/1).

Sementara itu, SBY kemarin menanggapi aksi unjuk rasa yang dilakukan sejumlah elemen massa di Jakarta. Presiden menganggap wajar protes dan kritik, asalkan dilakukan secara tertib dan aman. Menurut presiden, upaya merusak, memaki, mengancam, atau menduduki paksa bukan sebuah demokrasi, tapi merupakan suatu bentuk kejahatan. ''Saya tahu, di Jakarta sekarang ada protes, ada unjuk rasa, ada gerakan-gerakan. Itu dalam demokrasi biasa. Kita dengar, kritiknya apa, koreksinya apa. Kita dengar itu perbaikan. Yang penting tertib, damai, jangan merusak, jangan membakar, jangan membikin korban, jangan menduduki paksa,'' kata presiden di Labuan, Pandeglang, Banten kemarin. (aga/dyn/sof/agm/iro)

Sumber : http://www.jawapos.co.id/halaman/index.php?act=detail&nid=114210

4 komentar:

Chendra Widyoputra mengatakan...

lah, bule

Papanya Inez GP mengatakan...

ada beberapa, mungkin dari media asing...

Didit FA mengatakan...

ini toh.. kerbau yg 'fenomenal' itu..
hohohooo...
:)

Papanya Inez GP mengatakan...

Kalo dicuekin sih ga fenomental...tapi karena dibuat curhat ya jadi gitou oum....hmmm..